*Kim Bum_POV*
Aku berlari menuju ruang Yoona dirawat, perawat yang kutemui di meja
resepsionis tadi mengatakan bahwa Yoona sudah dipindahkan dari ruang
/ICU/ ke ruangan lain. Di depan ruangan tersebut, aku menemukan sosok
delapan /yeoja/ yang sedang duduk di kursi dengan tubuh terguncang dan
air mata mengalir deras dari pelupuk mata mereka. Aku mendekati Yuri
yang saat itu sedang memeluk Seohyun.
“Apakah Yoona-/ah/ baik-baik saja?” tanyaku pada /yeoja/ tersebut.
Yuri melepaskan pelukannya pada tubuh Seohyun dan berdiri sambil
menatapku. “/Uisa/ bilang, tidak ada luka yang serius pada tubuhnya,”
jawab Yuri yang membuat nafasku melega. “Tapi, Yoona-/ah/ kornea matanya
rusak akibat terkena serpihan pecahan dari kacamata yang ia pakai.
Karena itu, Yoona-/ah/ tidak dapat melihat lagi,” lanjutnya yang
kemudian kembali terisak.
“Kau pasti bercanda, Yuri!” sangkalku yang tanpa kusadarai bahwa aku
sudah mengatakan hal tersebut dengan suara yang meninggi. Yuri
menggelengkan kepalanya dan kembali duduk di kursi tempatnya duduk
semula. Kini, Seohyun yang memeluknya.
Kakiku bahkan tidak bisa menopang berat tubuhku setelah mendengar
pernyataan dari Yuri. Seketika itu, aku jatuh terduduk tepat di tempatku
berdiri. Air mata pun turun setetes demi setetes dari mataku.
Aku menengadahkan kepalaku, berusaha menahan agar air mataku tidak
tumpah terlalu banyak. Aku menyadarinya sekarang. Aku, Kim Kibum masih
sangat mencintai /yeoja /yang bernama Im Yoon Ah. Sampai kapanpun hanya
Yoona yang akan aku cintai. Tak ada /yeoja/ lain yang dapat melebihi
cintaku terhadap Yoona. Tuhan! Berikanlah keajaibanmu. Kumohon agar
Yoona dapat melihat lagi.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Taecyeon_POV*
Aku menemukan /namja/ yang tadi kutemui di restoran. /Namja/ tersebut
sedang menengadahkan kepalanya dengan air mata yang mengalir membuat
sungai kecil di wajahnya. Aku mendekat ke arah Tiffany masih dengan
menggandeng lengan Suzy. “Siapa /namja/ itu?” tanyaku pada Tiffany.
Tiffany menoleh ke arah /namja/ tersebut, “Ia adalah Kim Bum /Oppa/.
/Namja/ yang pernah memiliki hubungan khusus dengan Yoona-/ah/. Aku
memang tidak terlalu mengerti, tapi menurut member SNSD yang lain,
mereka berdua masih saling mencintai,” jawab Tiffany.
Aku mengerutkan alisku dengan tatapan yang tajam mengarah ke /namja/
tersebut. Jadi ia adalah /namja/ yang telah melukai hati Yoona? /Namja/
yang pernah Yoona ceritakan padaku hingga penampilan /yeoja/ tersebut
menjadi kacau balau. /Aigooo/… Bukankah di restoran tadi aku melihatnya
bersama dengan dua orang /yeoja/ dan seorang /namja/ lagi? Mungkin salah
satu dari /yeoja/ tersebut adalah /yeojachingu/ dari /namja/ itu? Tapi,
aku tidak dapat menemukan sosok /yeoja /tersebut sekarang. Itu berarti
/namja /yang bernama Kim Bum tersebut segera berlari ke tempat ini setelah
mendengar kabar mengenai keadaan Yoona, ia bahkan meninggalkan
teman-temannya disana.
/Aigooo/… /babbo/ sekali kedua orang ini! Mereka masih saling mencintai,
tapi… Aisshh… Sebenarnya ini bukan urusanku, tapi aku tidak bisa tinggal
diam jika melihat seorang /yeoja/ menderita karena seorang /namja
/pengecut seperti orang ini.
Aku melepaskan lengan Suzy pelan dan menyuruhnya untuk duduk bersama
dengan member SNSD yang lain. Setelah itu aku berjalan menuju
Kim Bum-/ssi/ yang masih duduk di lantai rumah sakit.
BUGH! Aku melayangkan tinjuku tepat di pelipis /namja/ tersebut. Ia
jatuh tersungkur dengan darah mengalir pada pelipis wajahnya. Tiffany,
Suzy, dan member SNSD lain, serta dua orang /yeoja/ yang tadi kutemui di
restoran pun berteriak histeris bersamaan dengan gerakanku meninju wajah
Kibum. Tak lama kemudian, seorang /namja/ lain yang juga kutemui di
restoran tadi segera melerai kami berdua dan membantu Kim Bum untuk berdiri.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Ahra_POV*
Kyuhyun membawaku beserta So Eun ke rumah sakit pusat Seoul. Setelah
mendapatkan informasi mengenai tempat /yeoja/ bernama Yoona itu berada
dari seorang perawat di meja resepsionis, kami bertiga segera bergegas
ke kamar yang dimaksud oleh perawat tersebut. Aku, So Eun, maupun
Kyuhyun berjalan dengan langkah besar dan cepat menyurusi lorong rumah
sakit menuju sebuah ruangan tempat Yoona dirawat.
BUGH!
“Kya!” teriakku histeris bersamaan dengan So Eun dan beberapa /yeoja/
lain yang sedang duduk di kursi yang berada di lorong yang sama. Kami
berteriak histeris karena melihat seorang /namja/ dengan tubuh tinggi
kekar sedang meninju pelipis wajah Kim Bum /Oppa/ yang saat itu sedang
duduk di lantai rumah sakit. Tubuh Kim Bum /Oppa/ tersungkur sementara
pelipis wajahnya mengeluarkan darah segar.
Aku menutup mulutku karena kaget. Aku sangat tidak mengerti dengan
keadaan yang terjadi sekarang ini. Lagipula, siapa /namja/ itu?
Tak lama kemudian, Kyuhyun segera melerai kedua /namja /tersebut dan
membantu Kim Bum untuk berdiri.
“Siapa kau?” tanya Kyuhyun//dengan nada dingin. “Ini rumah sakit, aku
tidak tau apa masalahmu, tapi kumohon jangan buat keributan disini,”
ucapnya lagi seraya menopang tubuh Kim Bum yang agak limbung.
“Penderitaan yang dirasakan oleh Yoona-/ah/ setelah kau meninggalkan
Seoul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dan kemudian kembali dengan
kabar kau telah memiliki /yeojachingu/ lain, menurutku lebih besar
dibandingkan dengan penderitaanmu. Kau adalah seorang /namja/.
Seharusnya seorang /namja/ dapat bertanggung jawab dengan apa yang ia
lakukan, bukannya kabur ke luar negeri dan kembali dengan kabar tidak
menyenangkan,” ucap /namja /yang tadi meninju Kim Bum /Oppa/.
Kim Bum /Oppa/ menghentikan langkahnya dan menatap /namja/ tersebut datar.
“Kau adalah Taecyeon bukan? Kau adalah /namjachingu/ dari Yoona-/ah/.
Seharusnya kau melindunginya, bukannya pergi ke restoran bersama dengan
/yeoja/ lain,” sahut Kil Bum/Oppa/ masih dengan suara datar.
“Aku memang /namjachingu/ Yoona-/ah/. Setidaknya itulah yang diketahui
publik. Kami memang berpacaran, tapi kami tidak saling mencintai. Pihak
JYP Entertainment dan SM Entertainment lah yang menyuruh kami
berpacaran. Aku memang pernah jatuh cinta pada Yoona-/ah/, tapi setelah
aku menemukannya dengan keadaaan sangat kacau, aku menyadari betapa
besarnya rasa cinta Yoona-/ah/ padamu. Akhirnya aku menyerah dan tidak
lagi mencoba mendapatkan hatinya. Tapi, ia menjadi menderita karena kau
memilih untuk menjalin hubungan dengan /yeoja/ lain. Bisakah kau
bayangkan kesedihannya?” Suara /namja/ yang —mungkin saja— bernama
Taecyeon itu semakin meninggi.
“Sudahlah, /Oppa/. Aku mohon jangan membuatku takut,” terdengar suara
seorang /yeoja/ cantik dengan suara parau. /Namja /tersebut luluh karena
kata-kata dari /yeoja/ tersebut. Akhirnya ia mengepal tangannya, memeluk
/yeoja /tersebut dengan lembut, dan membawa /yeoja/ tersebut pergi darisana.
Saat kedua orang tersebut sudah menghilang dari pendanganku, aku segera
berjalan mendekat ke arah Kim Bum /Oppa/ yang saat ini telah duduk di
salah satu kursi di sekitar lorong rumah sakit tersebut. So Eun /Eonnie/
sedang mengobati luka pada pelipis wajah Kim Bum /Oppa/.
“Kyu, sebenarnya apa maksud /namja/ tadi? Apa yang sebenarnya terjadi
ketika aku dan So Eun pergi ke Los Angeles? Apa yang tidak aku ketahui?”
tanya Kim Bum /Oppa/ dengan tatapan mata tajam ke arah Kyuhyun sesaat
setelah So Eun /Eonnie /selesai mengobati luka pada pelipis wajahnya.
Kyuhyun menghela nafas berat sebelum menjawab rentetan pertanyaan dari
Kim Bum /Oppa/ yang ditunjukkan kepadanya. “Setelah kau pergi, sama
seperti yang dikatakan /namja/ itu. Pihak SM Entertainment dan juga JYP
Entertainment menyuruh Yoona dan Taecyeon untuk menjadi sepasang
kekasih. Awalnya Yoona menolak dengan keras perintah tersebut, tapi
entah apa yang telah dikatakan oleh Lee So Man, hingga akhirnya Yoona
menurut dan tidak pernah mengeluh tentang hal itu.”
Kenyataan ini bukan hanya hantaman keras untuk Kim Bum /Oppa/, tapi juga
untukku. Kim Bum /Oppa/ menyesal karena telah melarikan diri dari
kenyataan, sementara aku menyesal karena sudah terseret masuk ke dalam
masalah ini. Jika saja dari awal aku tidak menyetujui permintaan Kim Bum
/Oppa/ untuk menjadi /yeojachingu/-nya selama 2 bulan. Kalau saja aku
tidak terlanjur mencintai Kim Bum /Oppa/. Kalau saja hidupku berjalan
seperti biasa tanpa adanya perubahan, maka aku yakin aku tidak akan
mendapatkan hantaman ini. Dan sekarang, setelah mengetahui segalanya,
maka apa yang harus kulakukan?
Pandanganku beralih kepada Kim Bum /Oppa/ yang terlihat sedang berpikir
keras. Tak lama kemudian ekpresi wajahnya berubah menjadi ekspresi
menyesal. Sepertinya Kim Bum /Oppa/ telah mengingat sesuatu yang
terlupakan. Sesuatu yang sederhana sehingga dianggap tidaklah penting,
namun sebenarnya memiliki arti yang sangat penting. Sesuatu tersebut
adalah awal mula terjadinya segala kesalahpahaman ini.
“Aku ingat, Kyu,” ucap Kim Bum Oppa dengan tatapan mata kosong.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Kim Bum_POV*
“Aku ingat saat aku baru kembali dariLos Angeles, di siang hari aku
berjalan-jalan ke sekitar dorm SNSD. Saat itulah aku bertemu lagi dengan
Yoona. Ia menceritakan mengenai hal ini. Tapi, ada beberapa hal yang
tidak aku dengar karena adanya kendaraan bermotor yang melewati kawasan
tersebut. Awalnya kukira hal yang tidak kudengar itu adalah sesuatu yang
tidaklah penting, tapi sepertinya aku salah. Hal itu justru adalah hal
yang paling penting. Yoona sudah menyampaikannya padaku,” jelasku kepada
Kyu.
Kyu menatapku tanpa bereaksi apapun. Ia sama sekali tidak terlihat kaget
dengan pernyataanku. Seolah ia telah menyadari hal tersebut. “Lalu apa
yang akan kau lakukan setelah mengetahui yang sebenarnya?”
Aku mengacak rambutku frustasi. “/Mollayo/.”
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Suzy_POV*
Aku dan Taecyeon /Oppa/ sedang duduk berhadapan pada sebuah restoran
yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tempat terjadinya pertengkaran
tadi. Sejak meninggalkan rumah sakit, baik aku maupun Taecyeon /Oppa/
tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.
“Ini pesanan anda, /agasshi/. Silakan,” ucap seorang pelayan restoran
yang tengah membawakan semangkuk sup pesananku.
“/Gamsahamnida/,” kataku pada pelayan tersebut yang dibalas dengan
anggukan kecil dan senyum dari pelayan tersebut. Tak lama setelah
pelayan itu pergi, aku segera menyantap sup yang ada dihadapanku. Aku
sudah lapar sekali karena tadi acara makan siangku bersama dengan
Taecyeon /Oppa/ sempat tertunda selama beberapa waktu.
“/Mianhae/, Suzy-/ah/. Aku tadi sudah menakutimu. Aku terlalu terbawa
emosi,” ujar Taecyeon /Oppa/.
Aku menatap /namja/ yang duduk di hadapanku ini. Dari sorot matanya itu
aku dapat menyimpulkan bahwa ia benar-benar tulus dengan kata-katanya
barusan. Meskipun ia tidak menatapku dan memilih untuk menundukan
kepalanya, tapi aku dapat merasakan ketulusannya. Ia adalah /namja/ yang
tulus.
Ini mungkin terdengar aneh, tapi entah mengapa aku merasakannya ketika
Taecyeon /Oppa/ menjelaskan sesuatu pada seorang /namja/ di rumah sakit
tadi. Aku merasa hatiku sakit dengan beberapa hal yang diucapkan oleh
Taecyeon /Oppa/.
/“Aku memang namjachingu Yoona-ah. Setidaknya itulah yang diketahui
publik. Kami memang berpacaran, tapi kami tidak saling mencintai. Pihak
JYP Entertainment dan SM Entertainment lah yang menyuruh kami
berpacaran. Aku memang pernah jatuh cinta pada Yoona-ah, tapi setelah
aku menemukannya dengan keadaaan sangat kacau, aku menyadari betapa
besarnya rasa cinta Yoona-ah padamu. Akhirnya aku menyerah dan tidak
lagi mencoba mendapatkan hatinya. Tapi, ia menjadi menderita karena kau
memilih untuk menjalin hubungan dengan yeoja lain. Bisakah kau bayangkan
kesedihannya?”/
Kata-kata yang diucapkan oleh Taecyeon /Oppa/ itu kembali terngiang
dalam pikiranku. Aku takut bukan karena perdebatan yang terjadi di depan
mataku melainkan karena mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Taecyeon
/Oppa/. Kata-katanya itu seperti sebuah panah yang mengarah tepat ke
arahku. Rasanya sakit.
Taecyeon /Oppa/ pernah mencintai /yeoja /bernama Yoona. Taecyeon /Oppa/
menyerah untuk mendapatkan hatinya. Taecyeon /Oppa /marah kepada /namja/
di rumah sakit tadi karena /namja/ tersebut telah melukai perasaan
Yoona. Bukankah itu berarti Taecyeon /Oppa/ menyukai /yeoja/ tersebut?
Jika memang benar, lalu apa artinya aku bagi Taecyeon /Oppa/? Apa arti
dari kata-kata yang ia ucapkan sewaktu adegan kissing kami di sebuah
drama? Apakah itu hanyalah kebohongan yang ia ciptakan? Aku sama sekali
tidak mengerti.
“/Gwaenchanayo/, Taecyeon /Oppa/,” sahutku akhirnya.
Kini Taecyeon /Oppa/ menatapku dengan kedua matanya. Mata itu mata yang
sama dengan mata yang menatapku sewaktu adegan kissing. Sorot mata penuh
ketulusan yang sangat kusukai. “Suzy-/ah/, apakah suatu saat ketika
jadwalmu tidak padat kau mau pergi denganku?Ada sesuatu yang ingin aku
tunjukan dan kukatakan padamu.”
“/Ne/,” jawabku langsung.
Taecyeon /Oppa/ tersenyum lebar. Senyuman yang aku sukai.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Yoona_POV*
Aku mencoba membuka mataku perlahan. Aneh sekali, kenapa rasanya ada
sesuatu yang menutupi mataku? Aku pun meletakan tanganku di atas mataku
dan merasakan sesuatu seperti perban yang menutupi kedua mataku
tersebut. /Aigoo/ apa yang telah terjadi padaku?
“Yoona-/ah/? Kau sudah bangun rupanya.”
Suara itu! Suara yang sangat familiar di telingaku suara yang berasal
dari… “Kim Bum /Oppa/?” tanyaku untuk memastikan.
“/Ne/, Yoona-/ah/. Ini aku Kim Bum,” jawab Kim Bum /Oppa/ sembari
menggenggam tanganku erat.
Aku tersenyum karena tidak percaya dengan kenyataan yang terjadi. Kim Bum
/Oppa/ ada disini bersamaku. Ia berbicara padaku. Oh Tuhan semoga saja
ini bukan mimpi. “/Oppa/, apa yang terjadi denganku? Kenapa aku tidak
bisa melihat? Kenapa di mataku dipasangi perban?”
Tak ada jawaban dari Kim Bum /Oppa/. “/Oppa/, apakah kau masih disana?
Tolong jangan tinggalkan aku sendirian. Aku takut sekali.”
“Aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Tenang saja karena aku akan
selalu berada di sampingmu,” sahut Kim Bum /Oppa /dengan mempererat
genggaman tangannya. “Yoona-/ah/, /Uisa /mengatakan padaku bahwa kau
sudah tidak dapat melihat lagi. Kau mengalami kebutaan karena kerusakan
pada kornea matamu,”
Kalau saja aku bisa, saat ini mataku pasti sudah terbuka lebar ketika
mendengar kata-kata dari Kim Bum /Oppa/. Tapi, sayangnya saat ini keadaan
mataku yang sedang diperban membuatku harus mengurungkan niatku. Bahkan
untuk meneteskan air mata pun aku tidak bisa.
“Kenapa Tuhan tidak mencabut nyawaku saja? Bukankah percuma jika aku
harus hidup tanpa bisa melihat lagi? Lagipula aku ini seorang idola.
Apakah ada seorang idola yang tidak dapat melihat? Ah… Masa depanku
telah hancur!” aku mulai frustrasi dengan keadaan yang menimpaku. Aku
dengan sengaja memposisikan tubuhku di tengah jalan raya yang ramai agar
aku ada sebuah mobil yang menabrakku dan menghilangkan nyawaku saat itu
juga bukannya membuatku buta seperti ini.
“Jangan katakan itu di hadapanku, Yoona-/ah/. Kumohon,” ujar Kim Bum /Oppa
/dengan suara yang agak bergetar. “Berjuanglah, aku sudah meminta /Uisa/
agar mencarikan pendonor kornea untukmu. Aku yakin dalam waktu dekat ini
akan ada seseorang yang akan mendonorkan matanya padamu,” lanjutnya
sambil menarikku ke dalam rengkuhannya.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Ahra_POV*
Member SNSD sudah kembali ke dorm mereka dan memulai aktifitas mereka
lagi. Soeun /Eonnie/ pun sudah diantar Kyuhyun-/ssi/ kembali ke
apartemennya. Sementara Kibum /Oppa/ sedang berada di kamar rawat Yoona,
sepertinya Kim Bum /Oppa/ sangat mengkhawatirkan keadaan /yeoja/ itu.
Aku berniat untuk masuk ke dalam ruang rawat Yoona untuk memberikan
sekotak makanan yang baru saja aku beli di kantin rumah sakit ini. Aku
tau Kim Bum /Oppa/ belum memakan apapun setibanya kami ke rumah sakit ini.
Apalagi sekarang sudah malam. /Aissshh/! Aku lupa bahwa hari ini aku ada
acara.
Kegiatanku berhenti saat aku melihat Kim Bum /Oppa/ menarik tubuh Yoona ke
dalam rengkuhannya. Mereka saling berpelukan dan dapat kulihat dari
ekspresi Kim Bum /Oppa/ bahwa ia masih sangat mencintai Yoona. Saat itu
juga kakiku terasa berat untuk melangkah. Seluruh tubuhku terasa kaku
untuk di gerakan. Apakah aku akan membiarkan cinta mereka berdua
terhalangi dengan aku sebagai dindingnya?
Aku tersenyum miris dan mulai mengetik sebuah sms untuk Kim Bum /Oppa/.
*/Oppa, aku mengerti sekarang ini belum 2 bulan setelah kita memutuskan
untuk mencoba menjalin hubungan. Tapi, sekarang juga aku ingin
mengakhiri hubungan kita ini. Bukankah kau melakukannya untuk melupakan
Yoona? Dan sekarang kau sudah memiliki Yoona-mu kembali. Jadi, hubungan
kita ini tidak perlu diteruskan. Tenang saja Oppa, aku baik-baik saja./*
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Someone_POV*
Aku adalah seseorang yang mencintainya. Seseorang yang akan tersenyum
ketika melihatnya bahagia dan akan menangis ketika melihatnya terluka.
Cintaku padanya merupakan sebuah cinta yang tulus. Tidak ada sedikitpun
unsur kebohongan yang sengaja kuciptakan pada cintaku padanya. Mungkin
ini merupakan takdir Tuhan yang mempertemukan kami. Takdir Tuhan pula
yang membuatku jatuh cinta kepadanya. Meskipun aku sendiri mengerti
betapa bodohnya perasaan yang kumiliki.
Atas dasar cinta yang kumiliki untuknya-lah aku berani mengorbankan
nyawaku untuknya. Karena hanya dengan pengorbanan terakhirku inilah
sebuah senyum tulus akan kembali terukir pada wajahnya dan menghapuskan
kesedihan atas apa yang ia derita.
Jangan beranggapan bahwa cinta itu buta sehingga aku berani melakukan
hal seperti mengorbankan nyawaku untuk orang yang kucintai karena
sesungguhnya cinta memang tidak pernah dan tidak akan pernah buta.
Namun, aku akan menyetujui jika kalian mengatakan bahwa sebuah cinta
mampu membutakan seseorang yang merasakan ketulusannya.
Aku adalah seseorang yang telah dibutakan oleh cinta hingga berani
mengobankan nyawaku demi kebahagiaan orang kucintai.
~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~
*Author_POV*
Seorang /yeoja/ dengan balutan gaun pengantin berwarna putih
perlahan-lahan melangkahkan kakinya menuju sebuah ruangan yang telah
dipenuhi oleh ratusan tamu yang telah hadir atas undangan yang beberapa
waktu lalu disebarkan. /Yeoja/ tersebut tidak berjalan sendirian karena
di sampingnya tubuhnya telah hadir seorang /namja/ paruh baya yang
merupakan /Appa/ dari /yeoja/ berbalut gaun pengantin sederhana
tersebut. Di depan sang /yeoja/ terdapat pula dua orang gadis kecil yang
membawa sekeranjang kelopak bunga bawar berwarna merah muda. Sementara
di belakang /yeoja/ tersebut, delapan orang /yeoja/ lainnya tengah
membawa sebuket bunga dengan balutan gaun putih elegan.
Selama beberapa detik langkah mereka terhenti di hadapan sebuah pintu
kayu jati nan kokoh yang menghalangi pandangan mereka untuk dapat
melihat suasana riuh yang berada di balik pintu tersebut. Jantung sang
/yeoja/ berdegup semakin kencang setelah pintu kayu tersebut telah
dibuka oleh kedua gadis kecil yang berjalan di depan.
/Blitz-blitz/ yang berasal dari puluhan kamera yang dibawa oleh beberapa
wartawan yang datang untuk menyaksikan momen spesial hari ini telah
menyambut /yeoja/ tersebut. Namun, jantungnya tidak lagi berdegup
kencang ketika pandangan mata /yeoja/ tersebut bertemu dengan pandangan
mata seorang /namja/ yang berdiri sejajar dengan seorang /namja/ paruh
baya yang mengenakan /tuxedo/ dan seorang /namja/ paruh baya yang
mengenakan atribut pendeta. Mereka saling berpandangan hingga langkah
sang /yeoja/ terhenti tepat di hadapan /namja/ tersebut.
“Kim Sang Bum-/ssi/, apakah kau bersedia menerima Im Yoon Ah sebagai
/anae/-mu dan menerima segala kelebihan maupun kekurangannya,
bertanggung jawab dan memberi kasih sayangmu sebagai seorang /namphyeon/
dalam keadaan suka maupun duka sampai maut datang menjemput?” pendeta
bertaka kepada /namja/ tersebut.
Tanpa ragu dan masih dengan pandangan yang tidak lepas dari /yeoja/ di
hadapannya, /namja/ tersebut menjawab, “/Ne/, aku bersedia.”
“Dan Im Yoon Ah-/ssi/, apakau kau bersedia menerima Kim Sang Bum sebagai
/namphyeon/-mu dan menerima segala kelebihan maupun kekurangannya,
mengabdi, dan menjadi seorang /anae/ yang patuh dan setia dalam suka
maupun duka sampai maut datang menjemput?” Kini pendeta tersebut
mengalihkan pertanyaan kepada sang /yeoja/.
/Yeoja/ tersebut merekahkan sebuah senyum termanis yang ia miliki.
“/Ne/,” jawabnya secara singkat, namun pasti.
“Kalau begitu, mulai saat ini aku nyatakan kalian resmi sebagai sepasang
/pubu/. Tidak ada yang bisa memisahkan ikatan di antara kalian berdua
kecuali kematian. Saling mengasihilah hingga kalian tua, berlakulah baik
pada setiap anak-anak yang kalian miliki,” kata pendeta tersebut.
“Sekarang kalian berdua boleh berciuman.”
Secara perlahan, tangan /namja/ yang bernama Kim Bum tersebut menyentuh
pipi milik seorang /yeoja /bernama Yoona. Wajah mereka pun saling
mendekat hingga bibir milik keduanya saling bersentuhan. Kim Bum pun
memegang tengkuk Yoona untuk memperdalam ciuman di antara mereka.
Mereka—Kim Bum dan Yoona— mulai detik ini telah resmi menjadi sepasang /pubu/.
“/Chagi/, kau ingat dengan sebuah pesan dariku yang kuselipkan pada jam
tangan yang kuberikan padamu saat kau berulang tahun?” tanya Yoona
dengan tatapan mata menerawang.
Kim Bum pun mengernyitkan dahinya sekilas, namun ia segera menyadari pesan
tersebut. /Namja/ tersebut pun mengangguk pelan. “/Wae/?”
Yoona menyunggingkan senyum pada wajahnya tanpa menoleh ke arah Kim Bum.
“Disana tertulis ‘/Oppa, aku akan selalu mencintaimu. Itulah janjiku dan
percayalah bahwa aku tidak akan mendustakannya’, //bukan?” tanya Yoona
lagi yang dijawab dengan anggukan kecil dari Kim Bum. “Aku benar-benar
tidak mendustakan janjiku karena hingga saat ini aku masih mencintaimu.
Mungkin janji itulah yang membuatku selalu mencintaimu.”/
/“Ya, aku mengerti. Cinta tidak akan mendustakan, bukan?” sahut Kim Bum.
Yoona pun menolehkan pandangannya ke arah Kim Bum dan tersenyum manis./
/“Love will not deny//, Oppa//,” timpal Yoona seraya mengedipkan sebelah
matanya./
/Kim Bum tersenyum mendengar pernyataan Yoona. “Saranghae//, Im Yoon Ah.
Itulah janjiku mulai hari ini dan aku tidak akan mendustakannya,” ucap
Kim Bum sembari menatap lurus ke manik mata Yoona./
Setelah acara-acara lainnya selesai diselenggarakan, kini sudah saatnya
acara melempar buket bunga yang dibawa oleh mempelai /yeoja/. Yoona pun
telah bersiap untuk melemparkan buket bunga dengan posisi tubuh
membelakangi puluhan /yeoja/ yang tengah bersiap untuk menangkap buket
bunga yang akan segera Yoona lemparkan. Soeun dan Suzy berada di antara
kerumunan orang-orang yang berharap agar buket bunga tersebut jatuh ke
tangan mereka.
Sementara itu, tidak jauh dari kerumunan tersebut dua orang /namja/
berbalut /tuxedo /tengah berdiri di hadapan sebuah meja yang menyuguhkan
beberapa gelas /wine/. Kedua /namja/ yang tengah tenggelam dengan
pembicaraan antara keduanya adalah Kyuhyun dan Taecyeon.
“Aku heran dengan sikap /yeoja/-/yeoja/ yang datang kesini. Kenapa
mereka rela berkerumunan hanya untuk menangkap buket bunga yang
dilemparkan oleh Yoona? Toh, belum tentu pula mereka bisa menangkapnya,”
komentar Taecyeon.
Kyuhyun pun tersenyum, “Karena /yeoja/ percaya tentang hal-hal manis.
Terutama dengan kepercayaan bahwa jika mereka berhasil menangkap buket
bunga yang dilemparkan mempelai /yeoja/, maka jangka waktu yang tidak
terlalu lama mereka akan menikah dengan orang yang cintai,” jawab
Kyuhyun sekenanya.
Taecyeon hanya mengangguk-angguk sembari meraih segelas gelas berisi
/wine/ dan meneguknya hingga habis.
“/Oppa/! Ambil bunga itu!” teriakan tersebut mengejutkan Taecyeon yang
sedang meneguk /wine/ sehingga ia hampir tersedak. Bersamaan dengan itu
pula, sebuket bunga terjatuh tepat mengenai kepala Taecyeon.
“Yaa!! Siapa yang melempar itu?” tanya Taecyeon dengan emosi yang telah
menguasai dirinya.
“Aku akan mengambilnya,” ucap Kyuhyun sembari meraih buket bunga yang
hampir terjatuh ke lantai. “Soeun-/ah/, sebentar lagi aku akan
menikahimu!” kata Kyuhyun dengan suara lantang sembari menggoyangkan
buket bunga tersebut.
Taecyeon menatap Kyuhyun dengan heran. Ia tidak mengerti dengan apa yang
Kyuhyun lakukan. Namun, tak lama kemudian sebuah pukulan tepat
menghantam kepalanya sehingga ia meringis kesakitan. Taecyeon berniat
untuk membalas pukulan tersebut, namun urung ia lakukan ketika melihat
seseorang yang telah berdiri di hadapannya dengan wajah marah.
“Suzy-/ah/,” panggil Taecyeon lembut.
“/Pabo/! Seharusnya kau tangkap buket bunga itu!” ujar Suzy yang marah
dengan tingkah kekasihnya itu.
Sementara itu, Soeun dengan langkah riang menghampiri Kyuhyun yang
tengah menatapnya dengan tatapan ramah. “/Oppa/, /gamsahamnida/ karena
telah menangkap bunganya,” ucap Soeun setelah tubuhnya hanya berjarak
satu langkah dari Kyuhyun.
Tiba-tiba saja Kyuhyun berlutut di hatapan Soeun dengan satu tangannya
yang mengulurkan sebuket bunga. Wajah Soeun pun seketika memanas dengan
tingkah Kyuhyun tersebut. Belum lagi dengan sorakan para tamu yang
menghadari upacara sakral Yoonbum /couple/ serta jepretan kamera dari
para wartawan yang ikut memeriahkan momen Kyuso/couple/.
“/Would you marry me/, Soeun-/ah/?” tanya Kyuhyun.
Soeun menundukan kepalanya untuk menyembunyikan wajah merahnya. “/Yes/,
/I do/,” jawab Soeun lirih, namun Kyuhyun dapat dengan jelas mendengarnya.
Kyuhyun pun segera berdiri dan memeluk erat tubuh Soeun.
END
0 komentar:
Posting Komentar