My Kim Sang Bum

My Forever Love

Powered By Blogger

Blogger news

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Dhea love Kim Bum always and forever

Devil Beside Me Part 10


Hari ini adalah hari terakhir semua siswa Seoul Art School akan
meninggalkan seragam sekolah mereka. Kimbum,Sooyoung, dan Dhea duduk
berdampingan. Menyimak dengan hikmat acara perpisahan mereka. Hampir 2
jam lamanya mereka menunggu, akhirnya nama mereka disebut untuk
mengambil piagam dan berbagai macam hal lainnya.

Malam harinya Kimbum,Sooyoung dan Dhea merayakan kelulusan. Dipilihlah
tempat Karoke untuk merayakan itu. Selesai bernyanyi ria, mereka menuju
sebuah restaurant untuk menikmati makan malam mereka.

“Huwaaa…aku tidak menyangka kalau kita sudah menjadi mahasiswa”ujar
Sooyoung girang.

“Lebih tepatnya kita baru saja lulus dari high school”tegas Dhea.

“Ne..ne…ne”.

“Bagaimana kalau kita liburan?”tanya Kimbum.

“Ide yang bagus chagi”ujar Sooyoung yang mulutnya dipenuhi makanan.

“Kalau bicara habiskan dulu makananmu itu”cibir Dhea, “Memangnya kita
mau liburan kemana?”

Kimbum melirik Sooyoung dan Dhea dengan ragu untuk mengeluarkan
kata-kata ini, “Bagaimana kalau kita mengunjungi…..”

Sooyoung dan Dhea melihat Kimbum, menunggunya untuk melanjutkan
kalimatnya itu.

“Kita mengunjungi Donghae di Mokpo”lanjut Kimbum.

“Aku setuju chagi. Ah, tidak enak rasanya kalau seperti ini. Bagaimana
kalau kita berangkat lusa, eotte?”

“Karena aku yang mengusulkan, aku pasti ikut”ujar Kimbum menyandarkan
tubuhnya pada punggung kursi.

“Kau gimana dhe?”tanya Sooyoung.

“Aku…aku ada acara dengan eonni ku”jawab Dhea bohong.

“Benarkah? Kau tidak sedang menghindarkan?”tanya Sooyoung memastikan.

Dhea menunduk, dirinya belum siap bertemu dengan Donghae lagi. Setelah
apa yang Donghae lakukan 2 tahun silam padanya.

“Kau masih belum bisa memaafkannya?”tanya Sooyoung hati-hati.

“Molla”jawab Dhea pelan.

“Sudahlah, lupakan masalalu. Lihatlah masa depanmu dhe. Aku tahu kau
masih mencintainya, aku tahu kau sangat ingin bertemu dengannya”ujar
Sooyoung. “Mwo? Dari mana kau tahu itu? Aku tidak pernah seperti
itu”cetus Dhea.

“Itu sangat terlihat diwajahmu Choi Jewon”ujar Kimbum menekan kata ‘Choi Jewon’.

“Apa buktinya kalau aku masih mencintainya? Bukti kalau aku ingin
bertemu dengannya”ujar Dhea.

“Waktu Changmin oppa menyatakan cinta padamu. Kau langsung menolaknya
dengan alasan kalau  masih ada urusan yang harus kau selesaikan. Dan itu
pasti masalah perasaanmu dengan Donghae kan?”cecer Sooyoung.

“Darimana kau tahu itu semua?”tanya Dhea geram.

“Changmin oppa yang menceritakannya padaku”jawab Sooyoung santai.

“Apa itu benar? Kenapa aku malah baru tau sekarang?”tanya Kimbum dengan
nada menggerutu.

“Bukankah aku pernah menceritakannya padamu chagi?”tanya balik Sooyoung.

Kimbum hanya menggeleng.

“Sudah, besok kau ikut saja dengan kami. Selesaikan semuanya sebelum
terlambat”ujar Sooyoung.

***

Pagi hari yang cerah, matahari telah terbit. Masuk melalu celah-celah
gorden yang membuat si empunya mata mengerjap-ngerjapkan matanya. Namun,
hal itu tidak membuatnya berkutik dari istanya itu. Masih berkutat di
tempat tidur, menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.

Dilain tempat turunlah seorang namja berpakain rapih tidak formal itu
dari mobil. Mengenakan kemeja putih yang bagian atasnya tidak dikancing
dan dilapisi Jas hitam, namja itu mulai masuk kedelam sebuah perkarangan
rumah.

Disambutnya pria itu oleh seorang wanita yang tidak terlalu tua dan
tidak juga terlalu muda. Dipersilahkannya masuk namja itu dan duduk
disofa ruang tamu.

“Tunggu sebentar, ahjjuma akan panggilkan Sooyoung”ujar Ny. Choi pada
namja itu dan meninggalkannya bersama dua orang namja lainnya.

“YA..hyung. ada apa kau kesini pagi-pagi sekali?”tanya Minho pada namja itu.

“Ada satu hal yang harus aku bicarakan pada kalian semua”jawab Kimbum
mantap.

Minho dan seorang namja lagi yang merupakan Appa-nya Minho saling
melihat satu sama lain.

“Sooyoung…ireona…ppalli…Kimbum sudah menunggumu dibawah”ujar Ny. Choi
sambil mengguncang-guncangkan tubuh Sooyoung.

Merasa tak ditanggapi oleh putrinya ia segera memukulnya, “YA…Choi
Sooyoung, ayo cepat bangun….kimbum sudah datang”

“Appo eomma”ujar Sooyoung sambil memegang lengannya.

“Cepat bangun, Kimbum sudah menunggumu dibawah”ujar Ny.Choi

“Tapi kan kita sudah tidak sekolah lagi. Mau apa dia kemari?”tanya Sooyoung.

“Entahlah tapi, dia sangat rapih sekali. Entah ada apa. Sudah ayo cepat
bangun”

“Ne….ne…ne…”

Taklama kemudian Ny.Choi dan Sooyoung turun kelantai bawah. Menghampiri
mereka yang ada disana. Ny.Choi duduk disebelah Tn.Choi sementara
Sooyoung duduk disamping Kimbum.

“Ada apa kau kemari?”tanya Sooyoung.

“Ada sesuatu yang harus kubicarakan pada keluargamu”jawab Sooyoung.

“Memangnya apa yang ingin kau bicarakan Kimbum-ssi?”tanya Ny.Choi

“Begini Ahjjusi dan Ahjjuma. Aku berniat untuk menikahi Sooyoung”ujar
Kimbum santai namun pasti.

BLAM! ‘Mwo? Dia mengatakan apa pada orang tuaku itu? Menikahiku? Apa aku
tidak salah dengar?’batin Sooyoung langsung melihat kearah Kimbum.

Ny dan Tn. Choi dan Minho berhasil dibuat kaget dengan pernyataan
Kimbum barusan.

“Apa ini tidak terlalu cepat Kimbum-ssi?”tanya Ahjjuma.

“Ani. Ahjjuma. Aku rasa aku sudah siap untuk menikahinya”jawab Kimbum
mantap.

“Benar kau akan menikahinya?”tanya Tn. Choi.

“Nae Ahjjusi”

“Kau bagaimana Sooyoung?”tanya Tn.Choi pada putrinya itu.

Merasa tidak ada persiapan Sooyoung hanya bisa menatap ketiga orang yang
ada dihadapannya itu. Kini jantungnya berdetak cepat akibat ulah
Kimbum. Ia tak tahu harus menjawab apa.

“Tidak menjawab itu berarti ‘iya’ kan noona?”tanya Minho dengan nada
sedikit menggoda.

“Kalau begitu, appa tidak bisa berbuat apa-apa lagi”ujar Tn Choi.

“Tapi yeobo, bukankah mereka masih muda. Lagipula mereka harus
menyelesaikan kuliahnya dulu kan?”tanya Ny.Choi

“Menikah sambil Kuliah itu sudah tidak lazim lagi. Banyak orang-orang
yang melakukan itu. Daripada mereka berbuat yang tidak-tidak”ujar Tn.Choi

Kimbum hanya tersenyum, sementara Sooyoung hanya diam terpaku dalam
situasi ini. Ia segera berdiri dan berlalri menuju kamarnya.

“Sooyoung-ah…sooyoung-ah…”panggil Kimbum yang ingin mengejar Sooyoung
namun tidak enak dengan orangtuanya.

“Sudah kau susul sana”ujar Tn.Choi

Merasa diizinkan Kimbum membungkukan sediki badannya dan berjalan menuju
kamar Sooyoung.

“Sooyoung-ah”panggil Kimbum sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Sooyoung.

Sooyoung berdiri dibelakang pintu sambil memegangi dadanya karena
detakan jantung yang begitu cepat.

“Sooyoung-ah, buka pintunya. Kau kenapa?”tanya Kimbum.

Tetap tak ada jawaban dari Sooyoung.

“Sooyoung-ah, apa kau marah padaku?”tanya Kimbum.

“Ani…”jawab Sooyoung.

“Lalau kenapa? Bukankah kau menikah denganku? Sekarang orangtuamu sudah
mengizinkannya bukan?”

“Tidak dengan eomma ku!”seru Sooyoung.

“Aku akan mencoba membujuknya. Tenanglah”ujar Kimbum.

“Sudah pergi sana”ujar Sooyoung dengan nada sedikit mengusir.

“Kau mengusirku?”

“Kalau kau tidak pergi dari depan pintu kamarku. Akan kupastikan kalau
aku menolak ajakanmu itu”ancam Sooyoung.

“Nae…nae…baiklah. Aku tunggu ditaman dekat rumahmu. Cepatlah mandi, kau
terlihat sangat kusam. Dan…..”Kimbum tak melanjutkannya.

“Dan apa?”tanya Sooyoung penasaran.

“Kau sangat seksi memakai piyama itu”ujar Kimbum.

“YA…KIM SANG BUM!!!! KAU MAU MATI HAH??”seru Sooyoung, Kimbum segera
mengambil langkah seribu dari tempat itu.

Sooyoung melihat dirinya dari yang memang mamsih mengenakan piyama. Ia
berlalri kehadapan cermin melihat wajahnya. Ia lupa kalau ia belum mandi.

“OMO…dasar sooyoung pabo. Aku berpenampilan seperti ini didepan calon
suami mu?”tanya Sooyoung pada dirinya sendiri, “Apa tadi ku bilang?
Calon suami?”

=========

“Kau itu sudah tidak waras apa? Kalau kau ingin berbicara seperti itu
seharusnya kau beri tahu aku dulu”omel Sooyoung pada Kimbum.

“Wae? Kau tak suka dengan caraku?”tanya Kimbum dengan nada menggoda.

Sooyoung tak menjawab, ia duduk di ayunan sebelah Kimbum dan
mengayunkan dirinya.

“Bagaimana dengan keluargamu? Apa kau sudah mengatakannya?”tanya
Sooyoung tatapannya lurus kedepan.

Kimbum berdiri dan berjongkok dihadapan Sooyoung, memberikan senyum
evilnya lalu mendaratkan kecupan manis dibibir tipis Sooyoung.

-FLASHBACK-

Kimbum duduk berhadapan dengan Tn.Kim yang sedang membaca Koran.
Melihatnya sesekali, ada perasaan takut saat ia akan mengatakan satu hal
yang penting. Namun akhirnya rasa takut itu dikalahkan oleh perasaan
cinta yang sudah menggebu-gebu.

“Appa”ujar Kimbum berlutut dihadapan Tn.Kim

Tn.Kim menyingkirkan sedikit koran yang dipegangnya itu agar dapat
melihat wajah Kimbum. “Kenapa kau melakukan itu? Bangunlah”

“Appa aku mau bicara serius”ujar Kimbum.

“Memangnya kau bisa serius?”goda Tn.Kim, “Setau appa kau itu tidak
pernah serius”diikuti tawa kecil.

“Appa, aku benar-benar serius sekarang”ujar Kimbum lagi.

Tn Kim melipat koran dan menatap Kimbum yang dihadapannya lekat. Memang
kali ini ada wajah serius yang terlihat diwajahnya.

“Mwo? Kau mau bicara apa?”

“Appa aku ingin menikahi Choi Sooyoung”ujar Kimbum tanpa ragu.

“Mwo?? Mwollago?”tanya Tn Kim kaget. “Nae appa, aku ingin
menikahinya”jawab Kimbum makin pasti.

PRANG!!!

Kimbum melihat kearah sumber suara. Ternyata Ny. Kim menjatuhkan nampan
yang berisi gelas dan kue kering.

“Apa ? apa yang kau katakan barusan? Apa Eomma tidak salah dengar?”

“Ani eomma. Aku benar-benar serius ingin menikah”ujar Kimbum.

“Mwo?? Kau ingin menikah?”tanya Ahra dan Kyuyeon yang baru saja tiba
dengan kaget.

“Kenapa kau ingin menikahinya?”tanya Tn.Kim

“Apa kau menghamilinya Kim Sang Bum?”tanya Kyuyeon asal.

“Nae…aku memang menghamilinya. Wae?”

“Dasar anak bodoh”ujar Ny.Kim sambil memukul kepala Kimbum.

“Ahh…appo eomma”ringis Kimbum sambil mengusap-usap daerah kepala yang
menjadi pukulannya.

“Kau itu bodoh atau apa sih Kim Sang Bum. Kau gila….kenapa kau?
Bisa-bisanya kau membuat anak orang hamil diluar nikah”omel Ahra sambil
memukul kepala Kimbum.

“Ya…noona…appo”keluh Kimbum.

“Benar kau menghamilinya?”tanya Tn.Kim lagi.

“Tentu saja tidak. Aku juga masih tau diri. Lagian, orang lagi serius
diajak bercanda”cibir Kimbum kembali ketempat duduknya.

Ahra, Kyuyeon, dan Ny. Kim duduk dihadapan Kimbum.

“Apa alasanmu ingin menikahinya?”tanya Ny. Kim

“Karena aku mencintainya”ujar Kimbum.

“Tapi kau baru saja lulus sekolah, masa sudah ingin menikah? Lanjutkan
sekolahmu dulu. Kau ingin memberi istri dan anakmu makan apa?”tanya Ny. Kim

“Kalau sudah menikah kan juga bisa kulian eomma”jawab Kimbum.

“Tidak! Pokoknya kau selesaikan dulu urusan sekolahmu itu. Bekerja baru
eomma izinkan kau menikah”ujar Ny. Kim

“Lagipula, aku tidak mau dilangkah oleh anak yang masih dibawah
umur”cetus Ahra.

“Makanya cepatlah kau menikah”sahut Kyuyeon.

Ahra tak membalas perkataan Kyuyeon, ia terdiam.

“Eomma, appa”rengek Kimbum.

“Tidak!”seru Ny. Kim

“Appa tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau eomma-mu bilang tidak, appa akan
mengikutinya”ujar Tn Kim sebelum Kimbum bertanya.

-FLASHBACK END-

“Hahaha…aku lebih setuju dengan eomma-mu”ujar Sooyoung sambil tertawa.

“Harusnya kau mendukungku chagi”ambek Kimbum.

“Besok jadi ke mokpo?”tanya Sooyoung.

“Tentu saja. Jangan lupa kau ajak Dhea”

“Ne”

***

Dua yeoja cantik terlihat duduk di kursi menunggu seseorang yang kunjung
tak datang. Hampir 1 jam berlalu namun sosok yang ditunggu-tunggu belum
juga menampakan batang hidungnya. Taklama kemudian Sooyoung mendelikan
matanya melihat seseorang yang berjalan menghampirinya.

“Kenapa lama sekali? Bukannya kau yang menyuruh untuk pergi pagi-pagi.
Sekarang lihat, kau telat satu jam. Membiarkan wanita cantik seperti
kami menunggu selama itu?”omel Sooyoung pada seseorang yang baru saja tiba.

“Mian chagi. Ada urusan sebentar tadi”ujar Kimbum memelas.

“Seoul-Mokpo itu jauh. Sudah ayo cepat”ujar Sooyoung dengan nada yang
masih terdengar marah.

“Kau ikut juga Dhea, ku kira kau tidak akan ikut”ujar Kimbum.

Dhea hanya tersenyum getir.

Mereka kini sudah duduk di kursi dalam KTX [*kereta tercepat di seoul].
Walupun cepat perjalan dari Seoul ke Mokpo lebih jauh, 3 jam 27 menit
mereka akan menikmati perjalan ke Mokpo. Tak ada yang mereka lakukan,
jadi mereka memilih tidur. Merehatkan sejenak tubuh mereka, sebelum
bersenang-senang di Seoul.

3 jam berlalu, mereka hampir tiba di Seoul. Menikmati sisa-sisa waktu
perjalanan, mereka menikmati sisi pemandangan melalui jendela. Tak
terasa, kereta mulai memasuki stasiun Mokpo. Mereka bergegas turun saat
kereta sudah berhenti. Berjalan keluar stasiun dan mencari taxi untuk
membawa mereka kerumah Donghae.

Akhirnya mereka tiba didepan sebuah rumah dengan perkarangan luas. Rumah
bercorak putih itu menunjukan kesejukan alami. Berbagai macam tanaman
ada disana, suasana nan hijau terhampar luas. Seorang wanita yang tengah
asyik menyiram tanaman, menghentikan pekerjaannya itu seketika melihat
sosok Kimbum keluar dari dalam taxi.

Kimbum, Dhea, dan Sooyoung memasuki perkarangan rumah dan disambut
gembira oleh si empunya rumah.

“Ah…Kimbum-ah”ujar seorang wanita sambil memeluk Kimbum.

“Eomonim”balas Kimbum.

“Dhea”ujar wanita itu melepaskan pelukan Kimbum dan memeluk Dhea dan
Dhea membalas pelukannya.

“Kau pasti Sooyoung”tebak wanita itu sambil memeluk Sooyoung.

“Eomma, apa ini yang kau cari?”tanya seseorang yang baru saja keluar
dari dalam rumah sambil membawa pot plastik. Merasa tak dijawab matanya
langsung menuju pada eomma-nya yang sedang berbincang-bincang pada 3
orang yang dikenalnya. Ia reflek menjatuhkan pot itu membuat
perbincangan itu terhenti dan semua mata tertuju padanya.

“Oh…Lee Donghae. Apa benar kau Lee Donghae?”tanya Kimbum dengan nada
menggoda berjalan menghampiri Donghae.

“YA! Tentu saja aku Lee Donghae”seru Donghae.

“Sudah ayo masuk, pasti kalian capek kan merasakan perjalanan jauh”ujar
Ny. Lee sambil mendorong tubuh Sooyoung dan Dhea masuk kedalam rumah.
“Kimbum-Donghae bawakan tas mereka”.

“Ne”ujar Kimbum dan Donghae berbarengan.

“Enak saja, kau bawakan itu tasnya Dhea”ujar Kimbum saat Donghae ingin
meraih tas Sooyoung. “Bicaralah baik-baik padanya. Aku sengaja
membawanya kesini dengan alasan untuk liburan”.

Donghae hanya tersenyum mendengar perkataan Kimbum.

“Duduklah, eomma ambilkan makanan dan minuman dulu untuk kalian”ujar Ny.
Lee pada Dhea dan Sooyoung.

“Anio. Tidak usah repot-repot eommonim”ujar Sooyoung.

“Aishh…sudah tidak apa-apa. Kalian datang jauh-jauhkan untuk liburan
disini”ujar Ny. Lee lagi.

“YA…Lee Donghae sekalian bawakan tasku”titah Kimbum.

“Mwo?? Mwollago?? Kau kira aku pembantumu! Bawa saja sendiri, kalau
tidak mau cari saja tempat singgah yang lain”cetus Donghae.

“Aishh..padahal dengan teman sendiri juga”gerutu Kimbum akhirnya
membawa tasnya sendiri.

“Bagaimana dia bisa mau ikut? Bukannya dia tidak ingin melihatku
lagi?”tanya Donghae tiba-tiba pada Kimbum setibanya mereka dikamar Donghae.

“Nugu? Dhea?”tanya balik Kimbum sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

“Ya memang siapa lagi?? Tidak mungkin Sooyoung kan!”kesal Donghae.

“Itu rahasia. Minta maaflah padanya. Dan jelaskan semuanya”ujar Kimbum.

“Mau bicara bagaimana?? Tadinya dia tidak melihatku sama sekali”

“Usaha dong. Mau kubantu?”tawar Kimbum.

Donghae melirik Kimbum dengan lirikan yang meragukan.

“Kau meragukan ku?”

Donghae tak menjawab.

“Kau tau Changmin pernah menyatakan cintanya pada Dhea tak lama setelah
kau pergi”ujar Kimbum lagi yang kali ini berhasil membuat Donghae
menatapnya. “Kau tidak perlu menatapku seperti itu”.

“Apa itu benar?”tanya Donghae dengan rasa penasaran yang membara.

Kimbum mengangguk. “Aku saja baru tahu 2 hari yang lalu, itu juga dari
Sooyoung”.

“Terus dia jawab apa?”tanya Donghae lagi.

“Dia menolaknya. Dengan alas an kalau masih ada urusan yang harus
diselesaikan”jawab Kimbum yang membuat Donghae mengerti apa yang dimaksud.

“Benarkah?”

“Tentu saja. Bahkan selama tidak ada kau, wajahnya itu selalu murung.
Entah memikirkan apa. Dan sikapnya menjadi dingin. Hari-harinya selalu
dihabiskan berdiam diri dikamar. Sekalinya diajak keluar bersamaku dan
Sooyoung itu tidak sampai satu hari full. Dan setelah melihatmu tadi,
ekspresi wajahnya berubah. Sudahlah kejar lagi. Ku yakin dia masih
seperti dulu. Mempunyai perasaan pada Lee Donghae itu tidak akan pernah
berubah”ujar Kimbum panjang lebar.

“Benarkah?”

“Ya…aku sudah bercerita panjang-panjang padamu. Tapi kau hanya merespon
‘benarkah?’ menyebalkan”ambek Kimbum sambil melempar bantal pada Donghae.

“Donghae-Kimbum. Ayo cepat turun. Makanan sudah siap”panggil Ny. Lee
dari tangga.

“Ne”sahut Donghae dan Kimbum.

“Ya…besok bagaimana kalau kita ke gunung Yudalsan. Pasti seru tuh”ujar
Kimbum.

“Besok?”

“Nae…wae?”

“Baiklah kalau begitu”setuju Donghae.

Sesampainya di lantai bawah mereka –KimHae-langsung menuju ruang makan
untuk menyantap makan siang mereka. Dilihatnya 3 yeoja-Ny.Lee, Dhea,
dan Sooyoung- sudah duduk disana. Kimbum mengambil tempat duduk
disamping Sooyoung. Sedangkan Donghae duduk disamping Dhea.

“Eomma, besok aku akan mengajak mereka ke Yudalsan”ujar Donghae
disela-sela makannya.

“Tapi cuacakan sedang dingin, apa tidak apa-apa?”tanya Ny. Lee khawatir.

“Tidak apa eomma, lagian kan mereka kesini untuk liburan”ujar Donghae lagi.

“Kalau begitu hati-hati besok”ujar Ny. Lee

Malam harinya, Kimbum dan Sooyoung berjalan-jalan di Mokpo. Sementara
Dhea hanya dirumah Donghae. Tak ada satu kegiatanpun yang dia lakukan.
Ia hanya duduk pada sebuah ayunan ditaman rumah Donghae. Udara dingin
menusuk hingga menembus tulangnya.

“Dingin sekali ternyata disini. Kenapa Sooyoung meninggalkanku?’ujar
Dhea pada dirinya sendiri.

“Donghae-ya daripada kau memandangi ikan-ikan itu lebih baik kau
menemani Dhea didepan. Sekalian bawakan ini untuknya”ujar Ny. Lee
sambil memberikan Hot Chocolate pada Donghae.

“Untukku mana?”tanya Donghae sambil meraih gelas itu.

“Kau? Buat saja sendiri”ujar Ny.Lee sambil berlalu meninggalkan Donghae.

Akhirnya Donghae berjalan keluar rumahnya, dengan langkah ragu ia
mendekati Dhea. Duduk dihadapannya sambil menyodorkan gelas hot
chocolate itu.

“Dari eomma ku”ujar Donghae dingin.

“Gomawo”ujar Dheaa mengambil gelas dan secara tidak sengaja tangan
mereka bersentuhan membuat jantung keduanya berdegup kencang.

“Mianhae”ujar Donghae tiba-tiba tatapannya memandang langit lepas.

Dhea mengalihkan perhatiannya ke Donghae, memandang Donghae dengan
begitu lekat.

“Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku tidak pernah bermaksud untuk
membohongimu. Kukira kau sudah tau saat eomma-ku bilang kalau aku adalah
anaknya, dan Junhee itu? Dia tidak tau. Lalu kau meresponnya juga
seperti itu, kukira kau sudah tau dan tidak marah padaku. Ternyata aku
salah, kau belum tau. Sampai pada akhirnya kau mengetahuinya”jelas Donghae.

Dhea hanya memandang Donghae sambil meneguk hot chocolate miliknya.

“Wajar kalau kau marah padaku. Kalau kau tidak mau memaafkan ku juga
tidak apa-apa”ujar Donghae pandangannya turun menatap wajah Dhea yang
dihadapannya.

Lama mereka saling berpandangan. Donghae melihat kesudut kanan bibir
Dhea, sisa hot chocolate masih menempel disana. Donghae mendekatkan ibu
jarinya pada bibir Dhea, dan mengelapnya perlahan. Dhea tidak berkutik
sama sekali yang ia rasakan adalah detak jantung yang berdegup kencang
berharap Donghae tidak mendengarnya.

“Dhe, ini aku bawakan-“ucapan Sooyoung terhenti saat melihat Donghae
dan Dhea, “Uups, sepertinya aku mengganggu”.

“Ayo chagi, kita masuk. Jangan mengganggu mereka”ujar Kimbum dengan
nada menggoda.

“Youngie…tunggu”ujar Dhea sambil berjalan menuju Sooyoung.

Kimbum dan Sooyoung-pun menghentikan langkahnya. Dhea langsung
menyambar tangan Sooyoung dan berlari masuk kedalam kamar mereka.
Donghae mengepal tangannya mengisyaratkan kalau ia kesal.

Kimbum berjalan menghampiri Donghae sambil senyum-senyum. Menepuk pada
Donghae dan ikut duduk diayunan itu.

“Mianhae. Aku tidak tahu kalau kau sedang….”Kimbum yak melanjutkan
kata-katanya.

Donghae hanya menatap Kimbum tajam.

“Sudahlah, masih ada hari esok kan? Hati Dhea masih dingin padamu
walaupu sebenarnya itu mustahil. Aku yakin pasti jantungnya berdegup
kencang saat kau seperti itu. Hahahahahahahaa dasar 2 pasang manusia
bodoh!”ujar Kimbum.

Donghae tak menjawab.

“YA…aku punya kabar menggembirakan untuk mu. Aku akan menikah dengan
Sooyoung”ujar Kimbum yang di sambut dengan ekspresi berbeda oleh Donghae.

Donghae tidak menanggapi ia hanya melihat Kimbum dari bawah sampai atas.

“YA…jangan memandangku seperti itu!!!”seru Kimbum.

Kemudian Donghae tertawa, “YA…Kim Sang Bum. Kau itu masih kecil. Kenapa
kau ingin buru-buru menikahi Sooyoung. Apa kau takut Sooyoung akan
direbut orang?”

“Lalu kau itu apa? Umur ku dan umurmu sama bodoh. Kalau kau bilang aku
anak kecil, berarti kau juga”ujar Kimbum.

“Sudah ah, aku tidak ingin bertengakar. Sudah ayo masuk kedalam, dingin
sekali malam ini” ujar Donghae sambil berjalan masuk kedalam.

***

“Kalian hati-hati yah”ujar Ny. Lee sebelum mereka-DheHaeKimYoung- pergi.

“Ne..eomma”ujar Donghae.

“Jaga Dhea dan Sooyoung yang baik. Kalian itu laki-laki”ujar Ny. Lee
lagi yang sangat khawatir.

“Eomma…kami hanya pergi ke Yudalsan. Tak jauh dari sini kan?”

“Arra, tapi kalian harus tetap berhati-hati. Dhea-Sooyoung kalian pakai
ini yah”ujar Ny. Lee sambil member mantel pada Dhea dan Sooyoung.

“Ne, eommonim”ujar Dhea dan Sooyoung serempak.

“Sudah ayo kita pergi. Eomma, kami pergi”ujar Donghae berpamitan pada
Ny. Lee

=====

“akhirnya sampai juga”ujar Sooyoung.

Sooyoung dan Dhea jalan bergandengan sementara Kimbum dan Donghae
mengekor dibelakang mereka.

“YA…kau harus manfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin”ujar Kimbum
bicara sepelan mungkin agar tidak didengar Sooyoung dan Dhea.

Donghae hanya mengertukan dahinya.

“Sudah sana”ujar Kimbum sambil mendorong tubuh Donghae kedepan.

“Chagiya~”panggil Kimbum.

“Wae?”tanya Sooyoung.

“Kemarilah. Aku ingin berkencan”jawab Kimbum cengengesan.

Sooyoung menghampiri Kimbum.

“Apa sih?”tanya Sooyoung dengan nada yang sedikit emosi.

“Sudah biarkan mereka memperbaiki hubungan. Bukankah kau ingin melihat
temanmu itu bahagia?”tanya Kimbum.

“Ah,, kau benar. Lalu aku tidak boleh jalan dengan Dhea?”

“Tentu saja tidak bodoh”geram Kimbum sambil menjitak pelan kepala Sooyoung.

“Appo”rintih Sooyoung sambi megusap-usap kepalanya.

Dhea dan Donghae terus berjalan kedepan menikmati keindahan alam yang
ada disekitar mereka. Hening. Hanya terdengar langkah kaki mereka saja.
Dhea membalikan badannya, celingak-celinguk mencari keberadaan Kimbum
dan Soooyoung. Dhea melihat Donghae yang tak sadar kalau Kimbum dan
Sooyoung tidak ada dibelakang mereka.

Dengan ragu-ragu Dhea menepuk pelan pundak Donghae. Donghae menoleh
kearah Dhea dan terlihat gurasan rasa khawatir ditambah panik diwajah
Dhea.

“Wae?”tanya Donghae khwatir.

“Mereka tidak ada”jawab Dhea melihat kebelakang.

“Siapa?”

“Kimbum dan Sooyoung”

“Bukanya mereka di-“ujar Donghae menghentikan perkataannya saat melihat
kearah belakang, “Loh, mereka kemana?”

“Mollaso”ujar Dhea lemas. “Oh…nan eotteokhae”

“Mungkin mereka sudah diatas. Kimbum pernah kesini, ayo kita
kesana”ujar Donghae sambil menarik tangan Dhea dengan reflek.

Sementara itu……

“Kim tidak papa kita meninggalkan mereka?”tanya Sooyoung khawatir.

“Tujuan ku kesini adalah untuk menyatukan dua manusia bodoh itu”jawab
Kimbum.

“Kalau mereka tersesat bagaimana?”tanya Sooyoung.

“Tersesat? Tidak mungkin. Donghae itu orang Mokpo Sooyoung. Dia tau
jalan keluar-masuk gunung ini”ujar Kimbum mencoba menenangkan Sooyoung.

Siang hari Donghae dan Dhea baru sampai diatas gunung. Mereka tak
menemukan Sooyoung. Entah dimana.

‘krrrrkkkkkk’Dhea memegang perutnya. Donghae yang mendegar suara itu
menoleh kearah Dhea.

“Kau lapar?”

Dhea menggeleng tapi sayang untuk kedua kalinya perutnya berbunyi,
Donghae tertawa kecil.

“Kalau kau lapar jangan menyiksa dirimu. Ayo kita duduk disana,
beristirahat dan makan siang. Lagi pula ini sudah jam makan siang
kan?”ujar Donghae sambil menarik tangan Dhea menghampiri pohon besar
dan duduk dibawahnya. “Tunggu, ini. Pakai ini”sambil membentangkan alas
untuk mereka duduk.

Dhea dan Donghae duduk berhadapan. Mereka sama mengelurkan makanan dari
dalam tas masing-masing. Donghae mengeluarkan 2 cup ramen dan botol
termos sementara Dhea mengeluarkan sebuah kotak makan siang.

‘Apa dia membawakan bekal untukku juga?’batin Donghae yang melihat Dhea
mengeluarkan kotak makan siangnya.

Dhea yang merasa diperhatikan, ragu untuk mengeluarkan satu bekal lagi
dari dalam tasnya.

‘Apa aku tega membiarkannya makan ramen?’batin Dhea. Akhirnya ia
mengelurakan sau bekal lagi dan memberikannya pada Donghae.

Donghae tersenyum. “Kau membawakan untukku juga?”

“Ani…itu bekal makannya Sooyoung. Untuk apa aku membawakannya
untukmu”cetus Dhea yang sebenarnya ia memang membawakan itu untuk Donghae.

“Apa kau mau ramen juga?”tanya Donghae. “Dicuaca seperti ini sangat pas
untuk makan ramen”.

Donghae menyeduh dua cup ramen, dan memberikannya pada Dhea. Mereka
berdua menyantap ramen itu. Selesai makan mereka melanjutkan mencari
Kimbum dan Sooyoung. Berjam-jam mereka menyusuri gunung Yudalsan langit
mulai gelap. Sementara itu….

“Chagi~ aku lapar”ujar Sooyoung sambil memegangi perutnya.

“Itu, disitu ada kedai. Ayo kita kesana, mungkin mereka menjual
ramen”ujar Kimbum sambil menarik tangan Sooyoung.

Mereka memesan ramen dan memakannya.

“Chagi, apa kita tidak jahat pada mereka?”tanya Sooyoung.

“Dhea-kan bersama Donghae”jawab Kimbum santai.

“Arra, tapi kau ‘kan tau mereka masih bertengkar”

“Nah, siapa tahu dengan cara seperti ini mereka akan baikan”

Donghae berjalan didepan Dhea, Dhea mulai merasakan kakinya mulai
sakit akibat jalan berjam-jam.

“Arrgggghhh”erang Dhea.

Donghae berbalik dan melihat Dhea yang sudah jatuh, ia segera
menghampiri Dhea. “Gwenchana?”

Dhea hanya diam dan memegangi kakinya.

“Kau bisa bangun? Ayo aku bantu”ujar Donghae sambil membantu Dhea
berdiri. “Bisa berjalan?”

Dhea mengangguk. Tapi baru akan melangkahkan satu kakinya, ia merintih
kesakitan. Donghae melihat wajah Dhea yang menahan rasa sakit. Donghae
berjongkok dan memegang kaki Dhea, sementara Dhea memegang pundak Donghae.

“Sepertinya kau terkelir”ujar Donghae, “Naiklah”.

“Mwo?”

“Naiklah, aku tidak ingin kakimu tambah parah”ujar Donghae.

/Deg! ‘dia masih memperdulikan ku?’batin Dhea/, “Aniyo, aku masih bisa
berjalan”.

“Sudahlah, ayo naik saja”titah Donghae. “Aku tidak mau eomma, memarahiku
hanya karena kakimu”.

“Gomawo”ujar Dhea sambil mengalungkan tangannya di leher Donghae.
Donghae berdiri dan kemudian melanjutkan perjalanan mereka sambil
menggendong Dhea.

“Kau tidak lelah?”tanya Dhea.

“Ani, ini sudah tanggung jawabku”jawab Donghae.

‘Omo….kenapa jantung ini berdetak begitu cepat dan keras. Aku takut dia
akan merasakan atau mendengar ini’batin Dhea memejamkan matanya.

‘Aigooo kenapa cepat sekali bisa tidak jangan berdetak disaat seperti
ini?’bati Donghae.

“Mianhae. Mianhae untuk waktu itu. Aku tidak berniat membohongimu”ujar
Donghae.

Dhea hanya diam. Menyandarkan kepalanya dibahu Donghae. Setelah hampir
seharian mereka berjalan akhirnya mereka sampai di pintu keluar. Dari
kejauhan Donghae melihat Kimbum dan Sooyoung yang sedang makan. Donghae
menghampiri kedua orang itu.

“Huwaaa….chagi kau lihat itu”ujar Kimbum sambil melihat kearah Donghae
dan Dhea yang diikuti arah mata Sooyoung.

Donghae menurunkan Dhea dan menyuruh Dhea duduk. “Duduklah, akan
kucarikan es batu untuk mengompres ini”.

“Dhe, gwenchana?”tanya Sooyoung.

“Ani…kaki ku terkelir”jawab Dhea.

“Bagaimana itu bisa terjadi?”tanya Kimbum.

“Akan ku ambilkan minum. Kau sudah makan?”tanya Sooyoung.

Dhea mengangguk. Donghae keluar sambil membawa kain yang didalamnya
telah terisi es batu.

“Kemarikan kakimu”ujar Donghae sambil mengambil kaki Dhea dan
diletakknay diatas pahanya.

Tanpa berkutik Donghae meletakan esbatu dikaki Dhea yang terkelir dan
sedikit memijatnya.

“Dhe, ini minum dulu”ujar Sooyoung sambil memberikan segelas minuman
pada Dhea.

Dhea meneguk sedikit, disodorkannya gelas itu pada Donghae yang
dihadapannya. “Minumlah. Pasti kau lelah sekali menggendongku”

“Gomawo”ujar Donghae mengambil gelas itu dan meneguknya.

***

“Arrgggghhhhh. Ada apa denganku!!”seru Donghae setiba dikamarnya dan
langsung membuang dirinya ke ranjang.

“Wae?”tanya Kimbum.

“Kenapa aku jadi kaku saat bersamanya”jawab Donghae.

“Mana ku tahu, sudahlah sekarang aku ambil perhatian dan kenyamanan lagi
bersamanya. Ku kira hatinya mulai mencair”ujar Kimbum ikut membaringkan
tubuhnya.

Tok…tok…tok….

“Boleh aku masuk?”tanya seseorang dari balik pintu.

Kimbum yang sangat mengenal suaranya langsung bangkit dan segera
membukakan pintu. Yeoja bertubuh tinggi itu masuk dan langsung duduk di
kursi meja belajar Donghae. Sementara Donghae masih berkutat di tempat
tidur.

“Ada apa?”tanya Donghae. Kimbum berbaring disebelah Donghae, ditopang
kepalanya dengan tangan kanannya.

“Aku mau menceritakan sesuatu padamu”ujar Sooyoung.

Donghae mengerutkan keningnya.

“Kau tahu kenapa awal-awal Dhea tidak mau menerima cintamu?”tanya Sooyoung.

“Dia hanya bilang, kalau dia tidak ingin tersakiti lagi”jawab Donghae.

“Kau benar. Kau sudah membuat kesalahan yang fatal Lee Donghae. Dhea
pernah dicampakan”ujar Sooyoung.

*-FLASHBACK-*

“Dhea, jadilah pacarku?”ujar seseorang pada Dhea.

“Junsu oppa”desis Dhea tak percaya kalau namja yang selama ini
dicintainya, mencintainya juga.

“Bagaimana Dhea? Apa kau tidak mau menerima oppa?”

“Ani…tentu saja aku mau oppa”ujar Dhea mantap tanpa pikir panjang.

Sebulan sudah Dhea menjalani hubungan dengan Junsu. Hubungan yang
harmonis diliputi warna-warna romantis di benak mereka. Dhea merasa
setiap hari dihatinya bunga terus bermekaran hingga pada suatu ketika
bunga itu sakit tak sanggup lagi dengan semua yang telah diberikan
Junsu. Semua berakhir begitu saja, ketika dirinya hanya menjadi bahan
taruhan oleh Junsu dan teman-temannya.

“Bagaimana? Bukankah aku sudah berhasil mendapatkannya?”tanya Junsu pada
teman-temannya.

“Bukankah ini baru awal? Bukankah perjanjian kita jika kau berhasil
mendapatkan semuanya?”tanya sala seorang temannya.

“Maksudmu?”tanya Junsu heran.

“Maksudnya, kau mendapatkan semuanya. Mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki. Bukankah itu peraturan kita?”jelas temannya lagi.

“Kau gila, menyuruhku ‘/bermain’ /dengan anak-anak? Aku sama sekali
tidak tertarik padanya. Tubuhnya tidak bisa membuatku ingin memilikinya.
Dia kurus, tak membuatku berselera. Jika kau menawarkannya
seperti /‘tubuh’/ Yuri mungkin aku sudah melakukannya”jelas Junsu.

“Kau hanya akan mendapatkan setengahnya kalau begini”ujar salah satu
temannya.

“Aku tidak peduli, yang penting aku mendapatkan uangku. Aku sudah muak
dengan ini, aku ingin ini cepat-cepat berakhir”dengus Junsu.

Dhea yang ternyata bersembunyi dibalik dinding mendengarkan semua apa
yang dibicarakan Junsu.

“Oppa kau jahat!”seru Dhea sambil berderai air mata.

“Dhea”desis Junsu.

“Aku tidak menyangka oppa orang yang seperti itu”seru Dhea lagi.

“Memangnya kau mengira aku orang yang seperti apa? Orang yang
benar-benar tulus mencintaimu? Hah, aku tidak pernah tertarik sama
sekali pada dirimu. Bahkan untuk ingin /‘bermain’/ denganmu saja aku
tidak mempunyai hasrat. Sudahlah lebih baik kau pergi saja dari
sini”ujar Junsu yang semakin membuat hati dhea tercabik-cabik.

“Junsu-ya, kenapa kau tega sekali pada gadis ini. Kau yakin tidak ingin
bersamanya?”ujar salah seorang temannya sambil mencolek dagu dhea.

“Jika kalian mau ambil saja, aku tidak berselera. Sudahlah, aku ingin
menemui Yuri dulu”ujar Junsu sambil meninggalkan teman-temannya.

“Choi Jewon. Kau tidak buruk juga. Kemarilah, kita bersenang-senang”ujar
namja itu yang dipenuhi pikiran kotor.

Namja itu mulai mendekati Dhea, menyudutkan Dhea hingga ia tidak dapat
berkutik.

“Lepaskan aku! Biarkan aku pergi!”seru Dhea.

“Tidak segampang itu nona. Kau sudah masuk kekandang harimau”ujar Namja itu.

Dhea semakin mengeluarkan airmatanya. /‘Tuhan tolonglah aku’batin Dhea./

“Menjauhlah!”seru seorang namja yang baru saja datang dan meninjunya.

“Hey bocah, sedang apa kau disini. Enyahlah kau. Menganggu saja”

Terjadilah perkelahian diantara dua namja itu.

“Gwenchana?”tanya namja yang menyelamtkan Dhea itu.

Dhea mengangguk. Dan namja itu membawa dhea keluar dari tempat itu.

“Dimana rumahmu?”tanya namja itu.

Dhea mendelik, /‘kenapa wajahnya tidak dapat kulihat secara jelas?
Airmataku membuatku tidak dapat melihatnya. Jantungku! Kenapa berdetak
tak karuan seperti ini?’batin Dhea/

“Ani…kau tidak perlu mengantarku. Jeongmal gamsahamnida telah
menolongku”ujar Dhea membungkukan tubuhnya.

“Kau yakin?”tanya Donghae khawatir.

Dhea mengangguk pasti dan berlalu meninggalkan namja itu.

*-FLASHBACK END-*

“Begitulah ceritanya”ujar Sooyoung.

Donghae diam tak bergeming, ia menyimak cerita dari Sooyoung dengan
seksama. Ada sebuah kemiripan sepertinya.

“Wah, aku tidak menyangka kalau ceritanya setragis itu”ujar Kimbum.

“Kim, kau masih ingat dengan cerita yang waktu bertemu dengan seorang
yeoja yang hampir ingin diperkosa? Lalu aku menghajarnya? Dan kau
menanyakan kenapa kau bisa lebam dan siapa yeoja itu?”tanya Donghae.

“Tentu saja aku masih mengingatnya. Wae?”

“Aku baru mengingatnya. Dasar pabo, donghae-ya kenapa kau bodoh
sekali”umpat Donghae memukul-mukul kepalanya sendiri.

“Apa?”tanya Kimbum dan Sooyoung bersamaan.

“Kim, yeoja itu. Ya..aku baru mengingat wajahnya. Yeoja itu Dhea, yeoja
itu Dhea, Kim”ujar Donghae.

“Jinja?”

“Ia. Aku tidak mungkin salah. Persis sekali. Kenapa aku baru
menyadarinya sekarang. Jadi awal pertemuanku dengan Dhea bukanlah saat
aku dihukum bersamanya”ujar Donghae lagi.

Kimbum dan Sooyoung membelalakan matanya. Tak percaya dengan apa yang
dikatakan Donghae.

***

“Kakimu sudah baikan Dhea?”tanya Ny. Lee

“Nae. Eomonim. Mau kemana?”

“Ah…mau membeli beberapa sayuran”ujar Ny. Lee

“Biar aku saja yang membelinya. Eomonim tuggu disini saja”ujar Dhea.

“Tapi kakimu bagaimana?”

“Tidak apa-apa”ujar Dhea.

“Kalau begitu biar Donghae yang membantumu”ujar Ny.Lee, “Donghae…..Donghae”.

“Nae eomma”ujar Donghae yang turun dari lantai atas.

“Kau temani Dhea membeli beberapa bahan dapur”ujar Ny. Lee

“Nae?? Na??”

“Kau tidak mau? Sudah cepat sana temani dia”titah Ny. Lee

“Baiklah”ujar Donghae pasrah, “Kajja”.

Dhea berjalan mengekor dibelakang Donghae.

“Buat apa sih kau ingin membel bahan dapur? Kau tidak sadar kalau kakimu
masih terluka”cetus Donghae.

“Aku tidak ingin dipandang lemah”cetus balik Dhea.

“Cih, jangan memaksakan diri. Lihat jalan saja masih pincang. Segala
ingin membantu eommaku segala”cibir Donghae.

/‘Kenapa sih dia? Kenapa jadi kasar seperti ini? Kenapa aku merasa
hangat yang ada dalam dirinya menghilang?’batin Donghae/

“Kalau kau tidak mau menemaniku lebih baik kau pulang!”seru Dhea, “Aku
bisa sendiri”.

Dhea berlalu meninggalkan Donghae. Donghae hanya bisa memandang tubuh
dingin dari belakang. Selesai memberi beberapa bahan dapur, mereka
kembali kerumah.

“Hey Bodoh! Bantulah, tega sekali kau!”seru Kimbum sambil membetulkan
tanaman halaman rumah Donghae.

“Dhe, sini biar aku bantu. Tadi eomonim berpesan kalau ia harus pergi
keluar selama 2 hari. Entah ada acara apa. Jadi kita masak berdua
yah”ujar Sooyoung.

Dhea hanya mengangguk sambil menyerahkan beberapa kantung belajaan pada
Sooyoung. Sementara Donghae berjalan menuju Kimbum.

“Kau kenapa? Dingin sekali padanya?”

“Entahlah, dari tadi pagi aku kesal padanya. Sudah tau sedang sakit
masih saja tetap memaksakan kerja. Eomma-ku kemana?”

“Oh, eomma-mu harus ke busan. Katanya Donghwa sedang sakit. Karena
eomma-mu itu khawatir ia jadinya pergi kesana”ujar Kimbum.

“Dasar manja. Hey, bantulah aku”ujar Donghae.

“Apa lagi?”

“Persiapkan sesuatu untukku”

“Mwo?? Untuk apa?”

“Aku ingin memberi kejutan untuknya. Kumohon Kim-ah”ujar Donghae sedikit
memelas.

“Ah…tapi apa?”

“Kemarikan telingamu”ujar Donghae sambil membisikan sesuatu pada Kimbum.

“Oke, oke pekerjaan diterima”

“Jalankan dengan benar”

“Kapan aku harus melakukan semua ini?”

“Kau harus mempersiapkannya dari sekarang. Aku akan membantumu nanti”

“Aku hanya membuat mini labirin kan?”

Donghae mengangguk.

***

Malamnya, Dhea bersenda gurau dengan Sooyoung di ayunan sambil
menikmati semilir angin malam yang tidak terlalu begitu dingin. Malampun
semakin larut, Dhea masih asyik duduk diruang tengah. Ditemani cahaya
lampu ia masih menikmati novel yang berada digenggamannya. Sementara
Sooyoung sudah terlelap di alam mimpinya. Tanpa sepengetahuan Dhea, ada
seseorang yang memandangi Dhea dari tangga paling atas. Mata
sayup-sayup sudah menghampiri Dhea, tak sadar dirinya terlelap di sofa
panjang itu.

Perlahan-lahan Donghae menghampiri Dhea. Ia duduk diatas meja sambil
memandangi gadis yang dihadapannya, gadis yang dicintainya. Ia sentuh
lembut wajah gadis itu. Dhea mulai masuk kedalam mimpinya.

Terlihat dalam mimpinya, kalau dirinya sedang tersenyum bahagia.
Bergandengan dengan orang yang dicintainya. Sampai pada suatu ketika, ia
mendengar hal yang tidak mendengarkan. Airmatanya mulai mengalir,
Donghae yang melihatnya sedikit terkejut. Ia coba membangunkannya namun
Dhea masih asyik dengan mimpinya. Matanya masih terpejam rekat.

Kini wajah yang dulu pernah menyelamatkannya tiba-tiba jelas saat
didalam mimpinya. Tentu saja ia sangat mengenal wajah itu, mata itu mata
yang selalu membuatnya terkesima. Airmatanya semakin menjadi-jadi ia
keluarkan. Ia menangis karena wajah itu? Wajah namja yang pernah
menyelamatkannya dulu. Yang membuatnya berdetak cepat, wajah khawatirnya
nampak jelas terlihat disana.

“Donghae”desis Dhea yang membuat Donghae kaget.

Keringat dingin mulai mengalir ditubuhnya. Matanya masih
mengerjap-ngerjap. Keningnya semakin berkerut. Mimpinya adalah dimana ia
pernah mengalami hal ini, hal dimana ia pertama kali dicampakan oleh
orang yang pertama kali membuatnya jatuh cinta.

“Donghae”desis Dhea lagi yang membuat Donghae semakin khawatir.

“Dhea-ah, bangun. Dhe, bangunlah”ujar Donghae pelan sambil
menggenggam erat tangan Dhea.

Beberapa kali terlihat Dhea ingin membuka matanya, tapi mimpi itu
memaksanya untuk tetap terpejam.

“Dhe bangunlah. Bangunlah Dhea”

Sekian kali mencoba membuka matanya, akhirnya mata Dhea terbuka. Cahaya
lampu membuat ia memicingkan matanya. Pandangannya beralih pada sosok
lelaki yang tadi dilihatnya dalam mimpi. Ia bangun memandang lekat
laki-laki yang ada dihadapannya itu.

Perlahan tangannya mulai menyentuh wajah Donghae, lalu dipeluknya
kedalam dekapannya. Tangisnya pecah. Mencengkram baju Donghae,
tangisannya tumpah.

“Gwenchana. Aku disini Dhe”ujar Donghae.

Dhea melepaskan pelukannya, “Gomawo, gomawo…”

“Untuk apa?”tanya Donghae.

“Telah menyelamatkan ku waktu itu. Mianhae aku tidak mengenalimu. Karena
aku sudah membuang pikiran-pikiran itu termasuk dirimu”ujar Dhea yang
semakin menjadi tangisnya.

“Kau telah mengingatnya?”

Dhea mengangguk dan memeluk Donghae lagi.

***

Sebuah mini labirin kini telah bertengger di depan pesisir pantai. Dhea
dan Sooyoung telah berdandan cantik malam ini. Berjalan menyusuri Pasir
putih. Dari kejauhan Dhea melihat ada sebuah rerumpun yang disusun
rapih sedemikian rupa membuatnya bertanya-tanya. Telah berdiri didepan
pintu masuk, lelaki tampan dan gagah menyambutnya dengan senyuman.

“Silahkan masuk tuan putri”ujar Kimbum sambil membungkukkan tubuhnya.
“Kau hanya perlu mengikuti lilin-lilin yang sudah menyala”

Dhea tersenyum getir, ia mulai melangkahkan kakinya perlahan. Entah
arah apa yang akan dituju. Saat berjalan di mini labirin Dhea menemukan
secarik kertas berwarna putih, membacanya dengan sesakma

-Letter 1-

Mengenalmu adalah suatu anugerah Menyakitimu adalah suatu larangan
Mendampingi hidupmu adalah suatu kebahagiaan Meninggalkanmu adalah suatu
kebodohan



[by: gadis]



Sepanjang jalan Dhea menemukan secarik demi secarik kertas yang
bertuliskan kata-kata yang dapat membuatnya tersanjung. 5 kertas sudah
berada digenggamannya.



-Letter 2-



Setetes kebencian di dalam hati Pasti akan membuahkan penderitaan Tapi
setetes cinta di dalam relung hati akan membuahkan kebahagiaan sejati

[Source: rajanembak.com]

Jika kau pernah rasakan hidup sendiri, tak kan mau lagi kau rasa untuk
kedua kali. Karena ketika bersamamu, yang kurasa adalah hidup.

-Letter 3-

Sepanjang nafasku masih berhembus, aku akan terus menjaga, menyayang dan
melindungi satu-satunya kekasih hatiku.

Pagi yang tercerah adalah ketika bersamamu, malam yang terindah adalah
ketika mendengarkan suara mu, hati yang paling bahagia adalah ketika
memiliki mu selamanya

-Letter 4- Teman bisa membuatmu tertawa, sahabat bisa membuatmu
bergembira, namun yang tulus mencintailah yang mampu membuatmu hidup.

Jika aku harus memilih untuk bernapas atau mencintaimu, maka akan ku
gunakan napas terakhirku untuk mengatakan “aku mencintaimu”

-Letter 5-

Cintaku padamu adalah Air, yang selalu mengalir, dan tidak berpaling,
yang selalu mengalir, dan tidak berubah, yang selalu mengalir, dan tidak
berakhir… Kadangkala, saat kau dekat, aku kehilangan semua kata-kataku.
Dan saat itulah aku berharap, mataku berbicara tentang perasaanku padamu.

Dua jiwa, dua hati berpadu bersama, dalam bahtera terindah bernama cinta.

[poztmo.com]

Sampai pada lorong-lorong terakhir, lampu-lampu kecil menyala membentuk
kata [Choi] pada rerumpun sebelah kiri. Lalu kata kedua menyala disaat
Dhea memasuki lorong berikutnya [Je], dan lorong ketiga
memunculkan kata [Won] yang kalau digabungkan menjadi ‘Choi Je Won’

Hingga pada lorong terakhir, munculah kalimat ‘ [Aku
Cinta Kamu] masih memakai lampu-lampu kecil yang membentuk kalimat
tersebut. Akhirnya Dhea keluar dari mini labirin itu. Dihadapannya kita
terdapat sebuah pagar yang bertuliskan. ‘
[Jeorang Gyeoronhae Juseyo;Menikahlah dengan saya].

Dhea terpaku melihat kata-kata itu. Sang pencetus ide masuk dibawanya
satu buket mawar merah ditangannya. Berdiri dihadapan gadis yang
dicintainya. Berdiam diri cukup lama.

“Kau cantik sekali mala mini”ujar Donghae gugup.

“Gomawo”balas Dhea.

“Ini untukmu”ujar Donghae sambil memberikan buket mawar merah itu.

Dhea mengambil buket bunga itu. Donghae menarik pinggang Dhea hingga
membuat hilang jarak diantara mereka. Donghae mengambil buket itu dan
menaruhnya diatas meja yang sudah dipersiapkan.

Dentingan nada mulai terdengar, Dhea dan Donghae mulai berdansa. Wajah
Donghae mulai mendekati wajah Dhea.

“Hey, kalian tidak boleh melakukan hal itu”teriak seseorang, nada
suaranya amat dikenal Donghae dan Dhea. Buru-buru mereka menjauh satu
sama lain.

“Chagi, kau mengganggu tau”cibir Sooyoung.

“Ah…benar. Sepertinya aku mengganggu”

“Sudah tau mengganggu masih disini”umpat Donghae.

“Kemarilah kalian”ujar Dhea.

“Kenapa kau menyuruh mereka kemari?”tanya Donghae heran.

“Bukankah kau harus berterima kasih pada mereka?”

Sooyoung dan Kimbum yang mendengar itu hanya tertawa kecil.

Kimbum dan Donghae main lirik-lirikan. Sementara Sooyoung dan Dhea
tidak mengerti dengan dua namja yang ada dihadapan mereka.

Donghae mulai mendekati Dhea mereka mulai melanjutkan dansa mereka yang
sempat tertunda, begitu pula dengan Kimbum ia tidak mau kalah dengan
pasangan itu.

“Kenapa kau? Aku tidak berdansa”ujar Sooyoung.

“Kau tidak berdansa atau kau tidak bisa berdansa”tegas Kimbum.

“Memang apa bedanya?”

“Tentu saja beda”ujar Kimbum.

“Harusnya kau melakukan hal yang romantis juga saat melamarku. Bukannya
membuatku hampir terkana serangan jantung”

“Ini sedang kulakukan”ujar Kimbum.

“Ya….ini acara mereka. Ingat kau hanya menumpang”ujar Sooyoung.

“Akan kubuat lebih indah dari ini saat upacara pernikahan kita nanti”

Donghae dan Dhea yang mendengarkan pembicaraan itu tertawa.

“YA…Kim kau tidak akan bisa membuat yang lebih indah dari ini”ujar
Donghae dengan nada mengejek.

“Benar. Aku setuju padamu. Kau itu kan tidak romantis”tambah Sooyoung.

“Kita lihat saja nanti”ujar Kimbum.

Detik-detik menuju acara puncak Donghae dan Kimbum saling melempar
pandang. Mencari saat yang tepat untuk mengungkapkannya. Masing-masing
dari mereka-KimHae-menghitung dalam hati. 1….2….3….mereka berdua
berlutut dihadapan kekasih mereka masing masing.

“Marry Me?”ujar Kimbum dan Donghae berbarengan sambil membuka kotak
yang beisikan sepasang cincin.

Dhea dan Sooyoung yang tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi hanya
bisa terperana. Mereka saling bertatapan.

“Choi Je Won menikahlah denganku”ujar Donghae.

“Choi Soo Young menikahlah denganku”ujar Kimbum.

“Mau kah kau menjadi Ny. Lee Donghae?”tanya Donghae.

“Mau kah kau menjadi Ny. Kim Sang Bum?”tanya Kimbum.

“YA…kenapa kau selalu mengikutiku!”seru Donghae.

“Aku tidak mengikutimu. Aku hanya meng-copy-nya”ujar Kimbum yang
membuat dua yeoja cantik itu tertawa.

“Tentu saja aku mau Tn. Lee Donghae”ujar Dhea yang membuat Donghae
tersenyum dan memeluknya.

Kimbum hanya menatap Sooyoung, menunggu kata-kata yang akan keluar dari
mulut yeoja itu. “YA..sampai kapan kau akan membiarkanku berlutut
seperti ini!”

“Kalau kau capek, bangun saja”ujar Sooyoung.

“Tidak. Jawab dulu apa kau mau menikah denganku?”

“Bukankah eomma-ku  belum merestuinya?”tanya Sooyoung.

“Aku bukan mau menikah dengan eomma-mu. Aku mau menikah dengan anaknya,
Choi Soo Young!”seru Kimbum.

“Aku….bukankah aku sudah mengatakannya padamu?”

“Aigoo…kau ini benar-benar perusak suasana! Sudah katakan yang jelas apa
kau mau menikah denganku?”

“Tidak….-“ujar Sooyoung menggantung kata-katanya. “tidak ada kata selain
‘YA’”.

Kimbum langsung tersenyum dan memeluk Sooyoung.

Donghae langsung menyematkan cincin perak dijari manis kiri Dhea.
Begitu pula dengan Kimbum. Donghae dan Dhea mendekatkan tubuh mereka,
dan mempertemukan kedua bibir mereka. Sementara Kimbum hanya memeluk
Sooyoung. Saat melihat kearah Donghe dan Yoona mereka hanya diam dan
memandangi.

“YA…seharusnya kau melakukan itu juga padaku”ujar Sooyoung sambil
memukul pundak Kimbum yang membuat DheHae melepas ciuman mereka. Dan
mereka hanya tertawa melihat pasangan yang aneh itu dan melanjutkannya lagi.

“Eotteokhae? Bagaimana aku harus melakukan ini?”tanya Kimbum panik.

Tanpa basa-basi Sooyoung langsung menarik leher Kimbum dan mencium
bibirnya. Kimbum-pun membalas ciuman Sooyoung.

Suasana malam itu menjadi indah. Dentingan lagu romantis membuat malam
itu menjadi romantis juga.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar