Park Family’s Home
09.00 AM
Seorang wanita cantik tengah berjalan mengelilingi ruang tamunya, jelas sekali dari roman wajahnya bahwa ia tengah menunggu seseorang. Sesekali dia melirik jam tangannya dan mendesah kesal. Tuan Jung, pria paruh baya yang dipercayakan sebagai kepala pelayan sekaligus pemantau segala sesuatu yang terjadi di rumah besar itu ikut cemas melihat tuan putrinya yang terus berjalan kesana-kemari.
“ Aggasi, bagaimana kalau aku menelpon Flower Rose Bucket untuk memesan bunga yang aggasi inginkan? Flower Rose Bucket adalah toko bunga yang dipercaya oleh Nyonya Park selama bertahun-tahun. Tak pernah mengecewakan aggasi, selalu datang tepat waktu dan membawa bunga yang segar” usul pria itu. Wanita cantik itu menatap sebentar wajah keriput Tuan Jung dan menghela nafas.
“ Tidak perlu Tuan Jung, aku yakin sebentar lagi bunga itu akan datang” tolak wanita itu halus. Diluar dari rumah besar bak castle para raja itu, seorang gadis manis tengah mengendarai sepeda kumbangnya dengan se-bucket bunga dikeranjang depan sepeda tuanya itu. Ia mengayuh sepedanya secepat mungkin, berharap ia dapat tiba tepat waktu. Saat hendak memasuki kawasan rumah itu, penjaga mencegatnya sehingga dengan sigap ia menarik rem sepedanya.
“ Apa perlu apa nona?” tanya penjaga tersebut dengan tenang, namun tidak dapat menyembunyikan nada curiga dari ucapannya tersebut. Gadis manis itu menyibak poni yang menutupi matanya dan tersenyum kearah penjaga itu.
“ Aku Kim Taeyeon. Aku bertugas untuk mengantar bunga kepada nona Park In-Young, apa benar ini kediaman nona Park In-Young?” tanyanya balik. Penjaga itu menatap Taeyeon dari ujung rambut hingga ujung sepatunya lalu mengambil walkie-talkie yang ada disabuk pinggangnya.
“ Seorang gadis bernama Kim Taeyeon hendak mengantar bunga pada In-Young aggasi, apa dia dibiarkan masuk?” tanya penjaga itu pada walkie-talkienya.
“ Pengantar bunga? Kalau begitu biarkan dia masuk. In-Young aggasi sudah menunggunya didalam” jawab suara dari walkie-talkienya tersebut. Penjaga berperawakan tinggi itu menatap Taeyeon yang sibuk membenahi rangkaian bunga dalam bucket yang ada dikeranjang sepedanya.
“ Nona dipersilahkan masuk, In-Young aggasi menunggu anda” ujar penjaga itu datar, nada bicara andalannya. Taeyeon tersenyum dan mengangguk.
“ Ne, khamsahamnida ahjussi” balasnya riang lalu mengayuh sepedanya masuk kedalam kawasan rumah keluarga Park. Gadis manis itu tidak dapat menyembunyikan tatapan kagumnya pada tempat yang dimasukinya itu. Halaman yang lebih luas daripada lapangan golf, pepohonan rindang yang terlihat sangat teduh, kebun bunga dengan anekaragam bunga baik dari dalam maupun luar negeri.
Kenapa mereka harus memesan bunga di toko jika mereka bisa memetiknya sendiri dari kebun mereka? Bukankah akan lebih segar dan indah? Lagipula dari segi manapun, bunga yang mereka tanam jauh lebih baik dari bunga yang ku antarkan ini. Apa mungkin mereka terlalu kaya sehingga ingin menghambur-hamburkan uang yang mereka peroleh?, pikir gadis itu. Dengan cepat gadis itu menarik rem sepedanya ketika 3 pria dengan pakaian formal mencegatnya.
“ Kau telah 3 menit dari perjanjian nona, apa kau tidak tahu kalau In-Young aggasi adalah orang yang tidak suka menunggu?” semprot salah seorang dari pria itu yang membuat Taeyeon bingung.
“ Joseonghamnida, tapi aku tidak tahu apapun tentang nona Park In-Young dan….aku bahkan tak pernah melihatnya sekalipun, bagaimana aku bisa mengenal pribadi seseorang yang tak pernah kulihat?” balas Taeyeon polos. Ketiga pria itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengambil bucket bunga itu dari keranjang Taeyeon.
“ Apakah ini bunga yang dipesan oleh In-Young aggasi? Baiklah, kau boleh pergi sekarang” ujar seorang pria bertubuh jangkung.
“ Ani” sergah Taeyeon. “ Kau pikir semuanya gratis? Kalian harus melunasi tagihannya!”. Taeyeon merogoh saku yang terdapat digaun putihnya dan menyerahkan secarik kertas pada pria-pria itu.
“ 45000 won? Tch, tak perlu khawatir nona, tak mungkin kami tidak membayar. Bagi keluarga Park, uang sekecil ini hanya tidak ada artinya. Ini uangmu” oceh salah satu pria keriting itu dengan angkuh dan menyodorkan beberapa lembar uang kepada Taeyeon. Gadis itu hanya mendengus kesal.
“ Huh? Sombong sekali kalian, seolah semua kekayaan ini adalah milik kalian. Sadarlah, posisi kalian hanya pesuruh disini” cibir Taeyeon. Ketiga pria itu menatap Taeyeon marah.
“ Kau benar-benar kurang ajar!. Apa ibumu tak pernah mengajarkan sopan santun?” tanya si jangkung murka.
“ Ibuku mengajarkanku untuk berpikir kritis dan mengkritik hal-hal yang mengganggu, itu saja” jawab Taeyeon santai. “ Kurasa urusanku sudah selesai, jadi aku pulang dulu. Annyeong”. Taeyeon tersenyum sinis sebelum akhirnya dia mengayuh sepedanya meninggalkan ketiga pria yang tengah dilanda amarah. Benar-benar tidak tahu diri, berlagak seperti pemilik semua keindahan ini, tidak tahu malu, umpat Taeyeon dalam hatinya.
“ GYA!” jerit Taeyeon dan membanting setir sepedanya secepat kilat. Sebuah mobil BMW hitam memasuki kawasan rumah itu dan nyaris menabrak gadis mungil itu. Untunglah tubuhnya tidak terluka sedikitpun, jika iya, mungkin ia sudah bersemedi untuk mengutuk si penabrak.
“ Dasar bodoh, apa kau tidak bisa mengemudikan sepeda rongsok-mu itu dengan baik huh? Lihat, mobilku nyaris cacat karena ulahmu!. Dan siapa kau? Kau pikir rumahku itu taman bermain yang bisa kau jadikan sebagai tempat bermain sepeda?” omel seorang pria berkacamata hitam. Taeyeon menatap pria itu tajam, seolah ingin mengajaknya berperang saat itu juga.
“ Kaulah yang bodoh, bagaimana bisa kau berjalan dipinggir? Mobil itu seharusnya berjalan ditengah!” seru Taeyeon tak mau kalah. Pria itu menyunggingkan senyum remeh pada Taeyeon.
“ Kau lupa? Ini adalah rumahku, aku dapat berbuat sesukaku disini, kau tidak punya hak apapun termasuk berbicara. Ngomong-ngomong nona sok pintar, aku bisa menendangmu bersama dengan sepeda rongsokmu jika aku mau, jadi lebih baik kau pergi dari sini” ujar pria itu sadis. Taeyeon langsung mendengus kesal mendengar kata-kata pria itu. Ingin sekali ia menghajar atau setidaknya menghantam wajah sok tampan pria itu dengan kepalan tangannya. Tapi ia tak mau ambil resiko, masalah akan menjadi panjang jika ia berurusan dengan pria berlesung pipi itu. Ia menggiring sepedanya meninggalkan pria itu dengan senyum penuh kemenangannya. Langkah Taeyeon terhenti ketika ia berada dibagian belakang mobil BMW itu.
“ Tch, dilihat dari segi manapun mobil ini tetap jelek seperti pemiliknya” cibir Taeyeon sambil melirik kearah pria itu. “ Mari kita lihat apa yang terjadi jika aku melukai benda jelek ini. Jika aku tidak bisa menghajar pemiliknya, setidaknya aku bisa merusak mobilnya, toh mereka berdua sama jeleknya”. Taeyeon melayangkan kakinya dan menendang aksesoris bawah mobil itu dengan keras sehingga membuatnya terlepas dari tempatnya. “ Oops”.
“ GYAAA, APA YANG KAU LAKUKAN?” teriak pria itu kaget dan frustasi. Menyadari bahwa ia berada dalam posisi menyulitkan, Taeyeon segera menaiki sepeda kumbangnya dan mengayuhnya secepat kilat, melesat pria yang berteriak seperti orang kesetanan karena ulahnya. Dalam hati Taeyeon tertawa keras. Orang-orang sombong itu memang harus diberi pelajaran sesekali, batinnya.
***
Naran High School, Seoul
10.00 AM
Sooyoung berjalan bersama Jess sahabatnya menuju cafeteria sekolah. Naran High School, sekolah elite yang diperuntukan bagi mereka yang memiliki kekayaan yang berlimpah. Setidaknya murid-murid sekolah ini memili satu perusahan yang akan mereka teruskan dimasa mendatang.Tidak seperti murid kebanyakan yang menghamburkan banyak uang demi bersekolah ditempat ini, Sooyoung dan Jess mendapatkan beasiswa sehingga mereka dapat masuk ke sekolah ini.
Karenanya mereka berdua sedikit menjauhkan diri dari para siswa-siswi disana. Mereka jenuh dan bosan dengan bahan obrolan murid lain yang melulu soal barang mewah atau cerita liburan mereka yang garing. Mungkin itu menyenangkan, tapi semuanya terdengar menggelikan ditelinga mereka. Apa yang bisa kau banggakan dari cerita bahwa kau baru berkencan dengan pisau bedah yang telah merombak habis hidungmu sehingga terlihat seperti hidung mancung Jennifer Lopez? Itu menyedihkan!.
“ Sudah dengar berita baru? Yoora baru saja melakukan operasi….entahlah aku lupa namanya. Yang penting pisau bedah itu telah membuat tubuhnya jauh lebih sexy dari sebelumnya” bahas Jess ketika mereka berdua sama-sama menikmati makan siang mereka. Sooyoung mendengus jijik mendengar hal itu.
“ Menggelikan, apa dia bangga dengan tubuhnya yang penuh dengan cairan kimia dan tambalan plastic?” komentar Sooyoung sambil memasukkan sushi kedalam mulutnya. Jess ikut mengangguk setuju.
“ Kenapa orang-orang itu sangat suka menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal tidak berguna?”
“ Molla. Kurasa otak mereka terlalu dangkal sehingga tidak berpikir tentang biaya masa depan”
“ Kurasa itu bukan urusan mereka karena hal itu sudah terjamin dengan sendirinya”. Jess menenggak orange juice-nya sedikit dan bangkit dari kursi. “ Aku ingin meminta sedikit susu pada orange juice-ku, sebentar ya”. BUAK!!!. Perhatian seluruh isi cafeteria fokus pada kejadian mengenaskan yang baru terjadi. Hampir semua orang disana memandangi hal itu dengan wajah bergidik ngeri, seolah baru melihat mayat pembunuhan, begitupun juga Jess dan Sooyoung.
“ A..ah, joseonghaeyo Kimbum-ssi, aku benar-benar tidak sengaja. Biar aku bersihkan” ujar Jess sambil membungkuk berkali-kali. Kim Sangbum, pemilik sekolah sekaligus penerus perusahaan paling terkenal di Korea Selatan, Kim Company itu hanya bisa menatap datar kearah kemeja biru kotak-kotaknya yang baru saja terkena noda orange hasil tumpahan orange juice Jess.Jess mengambil saputangan dari saku rompinya dan berusaha membersihkan noda itu.
“Akh!” pekik gadis itu ketika Kimbum mendorong tubuh gadis manis itu hingga terjungkal. Dengan kasar ia menarik kemejanya, membuatnya terlepas dalam sekali tarikan. Kimbum yang tinggal memakai kaus dalam sehingga mengekspos tubuhnya yang cukup berbentuk itu menampar Jess dengan kemejanya.
“ Membersihkannya? Tch, sampai mati noda ini tak akan hilang” ujar Kimbum dingin.
“ A..aku berjanji untuk menggantinya sama persis” balas Jess ketakutan.
“ Apa? Menggantinya sama persis? Apa kau lebih kaya daripadaku? Apa penghasilanmu lebih banyak daripadaku? Kemeja ini hanya ada satu di dunia, dimana kau akan menemukan yang sama persis? Huh? JAWAB AKU!” bentak Kimbum lalu menendang kaki Jess, meninggalkan bekas memar dikaki gadis itu. Sooyoung yang sedari tadi mengepalkan tangannya karena kesal langsung bangkit dan menampar wajah Kimbum, membuat semua orang tercengang termasuk pria tampan itu.
“ Apa temanku mencuri barangmu? APA TEMANKU MEMBUANG LUDAH DIDEPAN WAJAHMU HINGGA KAU MEMPERLAKUKANNYA SEPERTI INI?” teriak Sooyoung tepat didepan wajah Kimbum. Namja itu menatap Sooyoung dengan shock. “ Apakah ini Kim Sangbum yang selalu dibicarakan public sebagai namja sempurna? Tch, ternyata kelakuannya sama saja dengan binatang. Kau tidak lebih dari sampah, kau tahu?”. Sooyoung menarik Jess dan memeluknya, membiarkan gadis itu menangis dalam dekapannya.
Kimbum yang telah kembali dalam kesadarannya langsung menarik paksa Jess dari dekapan Sooyoung dan mendorongnya. Iapun mendaratkan tamparan yang lebih keras daripada yang tadi diberikan Sooyoung padanya, membuat Sooyoung jatuh tersungkur dibawah kaki namja itu.
“ Yeoja miskin tanpa sopan santun, kau pikir kau siapa disini huh?” bentak Kimbum dengan suara tinggi. Merasa emosinya benar-benar memuncak, Sooyoung bangkit dan menarik tangan Kimbum, secepat kilat ia membanting tubuh pria itu kelantai, membuat pria itu mengerang kesakitan. Iapun berlutut diatas Kimbum, mengapit tubuh namja itu dengan kedua kakinya lalu menghantam wajah tampan Kimbum tanpa ampun. Merasa puas, ia bangun dan menarik kembali Jess.
“ Bantingan itu untuk Jess, pukulan itu untuk pelajaran agar kau menjaga mulut dan kelakuanmu….lalu tendangan ini”. Sooyoungpun menendang perut samping Kimbum dan membuat tubuh namja itu tergeser cukup jauh. “ Itu agar kau bisa menghargai wanita dan sesama. Lagipula semua itu bukan kekayaanmu, itu milik orangtuamu. Kau hanya menikmati dan bertahta seolah-olah kaulah yang menghasilkan semua itu. Cih, menjijikan. Ayo Jess, kita pergi dari sini”. Sooyoung membopong tubuh Jess dan meninggalkan cafeteria, diikuti tatapan kagum semua orang.
***
“ Ah~ Yak, kau itu bisa mengobati orang tidak? Kau pikir aku adalah sapi yang bisa diperlakukan dengan kasar hah?” bentak Kimbum pada pelayan wanita yang tengah membersihkan luka ke-unguan dipipinya. Pelayan wanita itu hanya mengangguk takut.
“ Jo..joseonghamnida tuan muda” ucapnya dengan suara bergetar. Sungmin, sepupu Kimbum, hanya bisa bersandar ditembok yang berjarak 1 meter dari tempat Kimbum duduk hanya bisa menggeleng kepala.
“ Aku benar-benar tidak percaya, bagaimana bisa seorang Kim Sangbum menerima perlakuan sesadis ini? Apalagi dengan seorang wanita” ujar Sungmin tak percaya. Kimbum meraba luka disudut bibirnya yang mulai mengering dan mulai mengepalkan tangannya, pertanda bahwa ia sangat marah.
“ Siapapun dia, tak peduli dia berasal dari keluarga mana atau berjenis kelamin apa, jika dia membuat masalah denganku, sampai mati pun aku tak akan melepaskannya. Lihatlah, aku akan membuatnya menjadi permainanku seumur hidupnya” janji Kimbum dengan suara berang. Kilat-kilat muncul dari mata coklatnya, tanda ia tidak main-main dengan ucapannya.
***
Gangnam, Seoul
08.00 PM
Minho mematikan mesin mobilnya didepan sebuah jalan kecil nan gelap. Iapun menurunkan kaca mobilnya, berusaha berkonstrasi pada suara rintihan yang memilukan. Lee Minho, pskiater muda disebuah Rumah Sakit ternama. Diusianya yang hampir menginjak 26 tahun, ia berhasil mendapat gelar ‘lulusan terbaik’ dari Seoul University. Bahkan dari pekerjaannya yang hanya mendengar keluh-kesah orang lain dan mencari jalan keluar dari masalah pasiennya, ia sudah dapat menghasilkan 50 juta won per-bulannya.
Dibalik semua itu, dia adalah pria lembut dan baik hati. Sorot matanya yang teduh dan menenangkan membuat para wanita tidak perlu berpikir 2 kali untuk jatuh cinta padanya. Ia juga tipe pria romantis dan metroseksual. Mungkin jika diadakan polling, ia akan berada diurutan pertama dalam daftar ‘pria yang paling diinginkan wanita’, tipe pria yang akan menjadi menantu idaman setiap orangtua.
Minho turun dari mobil Ferrarinya dan memberanikan diri untuk melangkah masuk kedalam jalan gelap itu. Ia kembali berkonsentrasi pada suara rintihan yang terus membayangi indra pendengarannya. Minho sangat terkejut melihat seorang gadis berambut coklat panjang terkapar ditanah. Kemeja biru gadis itu telah robek dibeberapa tempat, rok putinya berubah menjadi merah karena darah yang mengalir dari luka sayatan dikakinya, kepalanya dipenuhi darah segaryang terus mengalir tanpa henti. Tanpa membuat waktu, Minho langsung berlari kearah gadis itu, menggendong tubuhnya, dan membawanya masuk kedalam mobil dengan panic. Iapun mengemudikan mobilnya dengan peluh membasahi pelipisnya, sesekali ia menoleh kebelakan untuk memastikan gadis itu baik-baik saja. Ia memasang headset ditelinganya dan mulai menelpon seseorang.
“ Yoboseo” ujar suara seberang.
“Hyung, apa kau masih di Rumah Sakit?” tanya Minho tanpa basa-basi.
“ Aku masih meneliti di laboratorium, membuat obat baru. Ada apa Ho?”
“ Aku menemukan gadis dengan keadaan mengenaskan, tolong periksa dia ketika aku tiba, aku takut terjadi sesuatu padanya”
“ Ne Ho, dimana kau sekarang?”
“ Sudah dekat, mungkin 3 menit lagi aku sampai. Sekarang aku baru melewati sungai Han”
“ Omo, itu kan memakan waktu 10 menit jika ditempuh dengan mobil. Ho, jangan bilang kau sedang memicu mobil dengan kecepatan diatas rata-rata?”
“ Tidak juga, hanya 120 km/jam”
“ Astaga, hentikan Ho, itu dapat membahayakan nyawamu!”
“ Lebih baik aku yang celaka daripada gadis ini meninggal dalam perjalanan. Cepat perintahkan para perawat untuk membawa tempat tidur dorong, aku sudah mau masuk ke rumah sakit”
“ Ne Ho!”. Minho mematik sambungan telepon dan menginjak pedal gas lebih dalam, memicu Ferrarinya untuk berlari lebih cepat. Tidak peduli dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi padanya jika mengemudi secepat itu, otaknya lebih memprioritaskan keselamatan gadis cantik yang tengah tertidur dikursi penumpang.
“ Bertahanlah aggasi, sebentar lagi kita tiba” ujar Minho lirih. Mobilnya telah memasuki Rumah Sakit dan tanpa buang waktu, ia membopong tubuh gadis itu kedalam rumah sakit lalu menurunkannya diatas tempat tidur dorong yang telah disediakan perawat. Ia menggenggam tangan gadis itu sambil mendorong tempat tidurnya, berdoa didalam hati agar gadis itu tetap baik-baik saja. Minho tidak pernah seperti ini sebelumnya, sangat panic dan takut. Ia takut kehilangan seseorang yang bahkan sama sekali tidak ia kenal, bukankah itu aneh?.
“ Ho, ada yang harus aku katakan padamu” ujar Hyungjoong serius setelah memeriksa gadis itu. Minho menatap Hyunjoong cemas.
“ Ada apa hyung?” tanya Minho.
“ Gadis itu…lukanya cukup berat, dia hampir mati kehabisan darah jika kau tidak segera membawanya kesini. Untunglah dia cepat mendapat pertolongan dan donor darah”. Minho langsung menghembuskan nafas lega mendengar penjelasan adiknya itu.
“ Syukurlah” ujarnya senang. “ Jadi ada masalah lagi?”
“ Ne. Gadis itu…sepertinya ia hilang ingatan”. Minho membulatkan matanya karena terlalu shock mendengar kata-kata Hyunjoong. “ Benturan benda tumpul dikepalanya sangat keras, membuat system saraf otaknya sedikit terganggu. Hal terburuknya ialah semua kartu identitas atau tanda pengenal apapun tidak ada padanya. Kurasa ia adalah korban merampokan”
“ Bagaimana ini? Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali”
“ Aku berpikir untuk memasukkan hal ini dalam surat kabar, mungkin dengan begitu keluarga bisa tahu dan datang kesini”
“ Lalu selama menunggu, ia akan tinggal dimana?”
“ Di apartemenmu saja ”
“ Dan dibunuh ibuku karena membawa wanita untuk tinggal bersama?”
“ Lalu kau ingin membiarkannya begitu saja? Aku yakin Lee ahjumma pasti mengerti, bagaimana mungkin meninggalkan seorang gadis hilang ingatan dan tak beridentitas begitu saja?”
“ Baiklah, aku akan menghubungi ibu untuk menceritakan semuanya”
“ Kkeureso, aku akan kembali ke laboratorium, penemuanku harus selesai besok karena jam 8 pagi aku harus pergi ke Amerika”
“ Huh? Amerika?”
“ Ne, aku harus menemukan banyak formula demi kelancaran penelitian. Jika begitu, aku akan memberikanmu obat pengembali ingatan untuk diberikan pada gadis itu”
“ Memangnya ada obat seperti itu?”
“ Sedang dibuat, masih menjadi rahasia para dokter dunia. Mungkin gadis itu adalah pemakai pertamanya. Tidak langsung mengingat semuanya, tapi ingatan itu akan kembali jika ia melihat sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya”
“ Jeongmal? Gomawo ”. Minho memeluk Hyungjoong sesaat . Hyunjoong tersenyum pada Minho lalu melepas pelukan mereka dan meninggalkan pria itu. Minho menatap gadis yang tengah terbaring dengan infuse ditangannya. Ia berjalan mendekati gadis itu dan duduk disisi tempat tidurnya. Tangannya dengan tanpa canggung membelai kepala gadis itu, menyisir rambut coklat gadis itu dengan jemarinya, menyelipkan rambut yang menutupi wajahnya dan menyelipkannya dibelakang telinganya.
“ Kau tahu? Kau orang pertama yang langsung merepotkanku pada pertemuan pertama kita. Tapi aku tidak keberatan, bahkan jika kau merepotkanku seumur hidupku. Bukankah itu gila? Kita tidak saling mengenal saat ini” ujar Minho sambil membelai pipi gadis itu dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam tangan gadis itu. “ Dan….berhubung aku tidak tahu namamu, bagaimana kalau aku memanggilmu Sooyeon?”
***
Music Art School, Myeondong, Seoul
09.00 PM
Gillbert mengenakan tasnya dan menghampiri gadis berambut panjang yang tengah membereskan barang-barangnya lalu memasukkannya kedalam tas.
“ Perlu kubantu Seo?” tanya Gillbert dengan penuh perhatian pada gadis dihadapannya itu, Seohyun. Seohyun menggeleng pelan dan memakai tas ranselnya.
“ Kajja oppa” ajak Seohyun dengan nada lelah, tentu saja, mereka berlatih piano selama hampir 10 jam untuk mempersiapkan konser tunggal Sekolah itu. Seohyun berjalan mendahului Gillbert dengan langkah gontai karena lelah. Wajahnya pun terlihat sayu. Gillbert berjalan cepat menyusulnya lalu menyuruhnya berhenti. Iapun berlutut dikaki gadis itu dan menjulurkan tangannya kearah sepatu putih gadis itu.
“ Kau ingin jatuh hanya karena tidak sengaja menginjak tali sepatumu sendiri? Lain kali perhatikan sepatumu, jika kau terluka bagaimana?” tanya Gillbert sambil terus mengikat tali sepatu Seohyun. Setelah selesai ia bangkit berdiri dan tersenyum lebar pada gadis itu. “ Bagaimana kalau kita pergi memakan sup kimchi atau menikmati bulgogi sebelum pulang? Aku yang traktir, eo?”. Seohyun menatap Gillbert dengan mata berbinar.
“ Baiklah kalau begitu, kajja!” ajak Seohyun dengan penuh semangat sambil menggangdeng tangan Gillbert. Wajah lelahnya telah sirna, diganti dengan wajah senang yang menghiasinya. Gillbert tertawa geli lalu mengacak-acak rambut gadis disampingnya itu.
“ Moodmu memang gampang berubah jika sudah berbicara bulgogi” canda Gillbert. Seohyun dan Gillbert adalah sahabat sejak kecil. Mereka menjadi partner yang yang baik dalam bermain piano dari dulu. Mereka saling mengenal karena tempat ini. Dulu Gillbert dan Seohyun adalah anak yang pendiam dan pemalu, karenanya saat memilih pasangan duet piano mereka tidak memiliki pasangan. Lalu pelatih mereka memasangkan keduanya. Bisa dibilang itu adalah awal kedekatan mereka.
Gillbert adalah anak mengusaha kaya yang sangat terkenal di Korea Selatan sedangkan Seohyun adalah anak musisi terkenal Korea. Tipikal Gillbert yang lembut dan penyayang sangat cocok dengan Seohyun yang manis dan manja. Hal ini yang membuat mereka sangat serasi, ditambah lagi dengan keimutan yang mereka miliki. Jika pertama melihat mereka, pasti semua orang berpikir bahwa mereka pasangan serasi.
“ Hyun” panggil Gillbert setelah selesai makan. Seohyun menoleh dan menatap Gillbert innocent. Gillbert tersenyum dan mengacak-acak rambut indah Seohyun, hal yang sangat disukainya. “ Aku sayang padamu”. Seohyun tersenyum mendengarnya.
“ Aku juga sayang padamu oppa” balas Seohyun ceria.
***
Lee Company Building
05.30 AM
Pagi itu di gedung Lee Company, dua orang sahabat tengah duduk di café gedung itu. Memandangi kota dari kaca yang mendominasi gedung itu sembari menyeruput secangkir cappuccino ditangan mereka. Sesekali keduanya mengecek ponsel mereka dan saling menatap satu sama lain.
“ Sebenarnya untuk apa Sungmin hyung memanggil kita sepagi ini kemari? Apa dia tidak tahu kalau sekarang masih jam 05.30? harusnya aku masih tidur di rumah” gerutu Gellbert sambil menggaruk-garuk kepalanya. Kimjoon, rekan kerja sekaligus sahabatnya hanya tersenyum dan kembali menyeruput cappuccino-nya.
“ Pasti ada sesuatu, jika tidak mana mungkin Sungmin hyung memanggil kita. Aku khawatir ada kasus besar seperti waktu itu, hal itu sangat menyedihkan” tanggap Kimjoon. Tak lama kemudian seorang pelayan wanita datang dan membungkuk didepan keduanya.
“ Sungmin sajangnim memanggil Kimjoon-ssi dan Gellbert-ssi untuk segera keruangannya” ujar pelayan wanita. Kimjoon dan Gellbert langsung mengangguk lalu beranjak dari kursinya. Saat pelayan wanita itu hendak pergi, Gellbert mencekal tangannya dan menariknya, membuat pelayan wanita itu menempel padanya. Gellbert mengarahkan bibirnya ketelinga gadis itu.
“ Panggil saja aku Gellbert ” bisiknya menggoda lalu melepaskan gadis itu. Ia tersenyum seduktif dan mengedipkan sebelah matanya sebelum pergi menyusul Kimjoon, membuat gadis itu terpaku dan nyaris pingsan.
“ Kira-kira kapan Tuhan membukakan matamu dan menyadarkanmu dari sifat ‘player’mu itu, gell?” cibir Kimjoon. Gellbert menunjukan gummy smile-nya dan merangkul Kimjoon.
“ Mungkin ketika aku menemukan wanita yang pesonanya sangat menyilaukan hingga membutakan mataku dan membuatku tidak bisa melihat wanita lain selain dia” jawab Gellbert dengan nada bergurau. Kimjoon tersenyum remeh kearah sahabatnya itu.
“ Pertanyaannya, apakah wanita dengan tipe seperti itu sudi menjadi kekasihmu?” ejek Kimjoon. Gellbert langsung mendaratkan jitakan ke kepala Kimjoon.
“ Sialan kau!” umpat Gellbert. Mereka berdua mengetuk pintu ruangan Sungmin, atasan mereka. Didalam sudah ada Sungmin dengan setelan kaus dibalut jas hitam, santai namun elegan, gaya favorite pria bersuara indah itu. Kimjoon dan Gellbert langsung duduk di sofa santai milik Sungmin didalam ruangannya. Kimjoon,Gellbert,dan Sungmin bersahabat dekat. Sehingga walaupun pangkat Sungin adalah sebagai bos Kimjoon dan Gellbert, mereka tetap memanggil Sungmin dengan panggilan hyung, bukan sajangnim seperti pegawai lain.
Kakek Sungmin adalah seorang polisi yang berambisi untuk membuka pelatihan dan organisasi militer intelligen. Pria itu mengusahakan berbagai cara agar dapat mewujudkan impiannya. Pada akhirnya mereka menjadi pemimpin organisasi militer intelligen terbesar di Korea Selatan, organisasi yang paling dipercaya pemerintah untuk mengusahakan perlindungan terbaik untuk Negara. Ayah Yesung mempercayakan organisasi itu pada anak sulungnya karena merasa mereka memiliki jalan pikiran yang sama dalam soal militer intelligen sedangkan Gillbert,adik Sungmin, dia lebih tertarik pada music dan memiliki jalan pikiran yang sama dengan ibunya yang juga penggemar music.
“ Jadi ada masalah apa kau memanggil kami sepagi ini, hyung? Apa kau tidak tahu bahwa ini masih pagi buta? Harusnya kami masih bertamasya di alam mimpi!” cerocos Gellbert.Sungmin mengambil cangkir kopinya dan duduk dihadapan anak buahnya sambil sesekali menyeruput kopinya.
“ Tak mungkin aku memanggil kalian jika tidak ada hal penting kan?” ujar Sungmin sambil melemparkan senyum dingin andalannya. Ia melemparkan map berisi kertas-kertas diatas meja, membuat Kimjoon dan Gellbert menatapnya bingung. Kimjoon mengambil map itu dan mulai melihat-lihat isinya. “ Akhir-akhir ini Korea Selatan tengah digemparkan dengan kasus pembunuhan terhadap politisi Shin Junghae, pekerjaan sang pembunuh dianggap sangat rapi sehingga polisi sulit melacak masalah ini”.
“ Jadi kau menyuruh kami menyelidiki kasus tanpa petunjuk ini?” tanya Kimjoon.Sungmin meletakan cangkir kopinya dan menatap kedua sahabatnya serius.
“ Jika kendalanya ada apa petunjuk, kalian tidak perlu khawatir. Aku mengerahkan semua tenaga spy untuk menyelidiki semuanya dan aku menemukan titik terang”. Sungmin mengambil map itu dari tangan Kimjoon dan mencari sebuah kertas. Terdapat gambar seorang lelaki dan wanita muda berumur kira-kira 20 tahunan beserta segala macam data tentang mereka. “ Namanya Jung Noha dan Tiffany Hwang, mereka adalah saksi pembunuhan, keduanya berada diruang yang sama saat pembunuhan itu terjadi”
“ Tiffany Hwang? Bukankah dia putri tunggal pemilik Hwang Corporation yang terkenal itu? Bagaimana bisa dia ada ditempat kejadian itu?” tanya Kimjoon bingung.
“ Dan itulah tugas kalian. Cari tahu semua yang berhubungan dengan pembunuhan itu, semuanya. Kalian juga harus melindungi saksi itu, banyak orang yang hendak melenyapkan mereka dari muka bumi untuk menghilangkan jejak”
“ Jadi apa yang harus kami lakukan?” Tanya Gellbert.
“Kimjoon akan aku utus ke kediaman keluarga Hwang, menyamarlah menjadi penjaga khusus nona Hwang dan untuk kau”. Sungmin merogoh saku bajunya dan melemparkan berkas-berkas pada Gellbert. “ Pergilah ke Las Vegaz untuk menjemput Jung Noha”
***
Park Intelligent
08.00 AM
Seorang wanita cantik dengan penampilan elegan tengah duduk santai didepan atasannya. Penampilannya yang keren dan berkelas membuat orang-orang kerap kali salah menafsirkan profesinya. Mereka berdua tengah menonton berita di televisi tentang distribusi narkoba dunia. Tak lama Park In-Young, pemimpin Park Intelligent mematikan televisi dan menatap gadis dihadapannya.
“ Jadi maksudmu, aku harus meringkus otak distribusi narkoba dunia itu?” tanya gadis cantik itu. In-Young mengangguk mantap. “ Kau gila?”
“ Itu tugas kita Hyo, kau tidak bisa menolaknya. Hal ini diturunkan langsung dari president, ternyata otak distribusi narkoba dunia itu adalah warga Negara Korea Selatan, memalukan!” ujar In-Young. “ Hanya kau yang bisa aku percayai untuk menangani hal ini”. Wanita bernama Hyoyeon itu langsung menghela nafas panjang.
“ Kenapa aku? Masih banyak bawahanmu yang lain yang jauh lebih berpengalaman dariku”
“ Tapi hanya kemampuanmulah yang terbaik. Kau pintar menembak sasaran, menjinakan bom, membaca situasi, bela diri, dan memiliki frekuensi otak yang luar biasa untuk menganalisa masalah serta menentukan siapa yang layak untuk diduga sebagai tersangka utama”
“ Lalu apa yang harus kulakukan?” tanya Hyoyeon malas. In-Young mengeluarkan iPadnya, menunjukan benda itu pada Hyoyeon.
“ Pergi ke Las Vegaz, dia melarikan diri ketempat hebat itu. Tidak mudah nona Kim, kau harus menyamar agar tidak diketahui. Kau perlu tampil elegan, menyusup kedalam Kasino terkenal disana dan….bermain judi mungkin? Untuk masalah penampilan, aku tak perlu khawatir kan? Kau memiliki selera fashion yang sangat baik” ujar In-Young yang mampu membuat Hyoyeon mengulum senyum.
“ Jadi kapan aku pergi kesana?” tanya Hyoyeon to the point. In-Young menatapnya dengan mata berbinar.
“ Kau setuju melakukannya?” tanya In-Young balik. Hyoyeon meraih secangkir kopi diatas meja dan menyeruputnya sedikit.
“ Kalaupun aku menolak, kau akan tetap memaksaku kan? Nona Park tidak bisa menerima kata tidak” jawab Hyoyeon. In-Young hanya tersenyum, membuat lesung pipinya semakin manis. Iapun menyodorkan iPadnya pada Hyoyeon.
“ Isi biodatamu, kau harus berangkat dengan pesawat tercepat dan….membawa 100 juta won untuk modalmu ke Las Vegaz”. Mata Hyoyeon membelalak mendengar ucapan atasannya itu.
“ Mwo? Sebanyak itu?”
“ Aku yakin kau bisa mengendalikan semuanya walaupun hanya membawa uang berjumlah sedikit. Kasino yang akan kau masuki adalah….Kasino paling hebat didunia”
***
Hyoyeon’s Apartment
10.00 AM
“ Mwo? Kau akan menangkap otak distribusi narkoba dunia? Apa atasanmu sudah gila?” tanya Taeyeon kaget. Hyoyeon hanya bisa tersenyum tipis sambil terus memasukkan pakaiannyaa kedalam koper.
“ Ini tugas Taeng, kau tahu kan apa profesiku?” ujar Hyoyeon tenang. Taeyeon menggembungkan pipinya karena kesal, tidak puas dengan tanggapan sepupunya.
“ Tapi ini berbahaya Hyo, apa kau tidak berpikir kalau tugas ini dapat mengancam nyawamu? Jaringan distribusi narkoba dunia mempunyai banyak agen yang tersebar diseluruh pelosok bumi, mungkin saking banyaknya kau tak akan tahu siapa yang dapat membahayakanmu!” seru Taeyeon. Hyoyeon menatap sepupunya yang tengah memasang wajah cemas. Hyoyeon menghentikan kegiatan berkemasnya dan menghampiri sepupunya tersayang itu lalu merangkulnya.
“ Gwaenchana Taeng-ah, kau harus percaya bahwa aku akan baik-baik saja dalam tugas ini” ujar Hyoyeon menenangkan kakak sepupunya itu. Tanpa sadar air mata Taeyeon mengalir, membuatnya sedikit terisak.
“ Siapa yang bisa menjamin kalau nyawamu akan baik-baik saja? Kau sepupuku, satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. Tak bisakah atasanmu mengutus orang lain untuk melakukan tugas berbahaya ini? Aku tak mau kehilanganmu Hyo” larang Taeyeon lirih. Hyoyeon memeluk tubuh kakak sepupunya yang sedikit terguncang karena isakannya.
“ Aku akan pulang dengan selamat Taeng, kau tak perlu khawatir. Nanti malam aku akan segera berangkat ke Las Vegaz, doakan aku….unnie”
***
Myeondong, Seoul
11.00 AM
Jess menyusuri kawasan Myeondong dengan wajah lemas. Hari ini dia memutuskan untuk bolos sekolah, tidak sanggup dengan tatapan sinis dan murka yang dilemparkan seluruh siswa padanya. Sejak insiden kemarin, ia dan Sooyoung menjadi bulan-bulanan seisi sekolah. Sebenarnya alasan utamanya adalah ia tidak sanggup melihat sahabatnya Sooyoung dicekal dan dihina semua orang hanya karena kecerobohannya menabrakKim Sangbum, pria paling berkuasa karena kekayaannya.
Jess merasa ia bukanlah sahabat yang baik untuk Sooyoung. Ia selalu menyusahkan sahabatnya dan sekarang membuatnya harus menderita. Ia terus berjalan dengan langkah gontai dan sesekali menendang batu krikil yang menghalangi jalannya. Tak lama kemudian ia mendengar suara sirine mobil polisi, iapun menoleh kebelakang.
“ Itu, pasti gadis itu membolos sekolah” teriak seorang polisi. Mendengarnya Jess langsung berlari secepat mungkin. Iapun memukul kepalanya selama ia berlari.
“ Babo, bagaimana aku bisa lupa kalau hari ini adalah hari jumat? Polisi pasti akan berkeliling dan menangkap murid yang membolos. Aish, seharusnya aku langsung pulang ke rumah. Jess babo!” rutuknya pada diri sendiri. Ia terus berlari dari kejaran polisi sampai akhirnya ia berada di jalan besar. Jess membuka pintu mobil didepannya dan masuk kedalam mobil itu. Iapun langsung berusaha menetralkan nafasnya yang masih terengah-engah karena adegan berlari tadi.
“ Ahjussi, bisa kau jalankan mobilnya? Ke Jaeshin apartment” tanya Jess sambil menggoyang-goyangkan tangannya keatas kebawah agar memberinya sedikit angin. Seorang pria berkacamata disampingnya hanya diam menatapnya dan tak lama kemudian dia menjalankan mobilnya.
“ Apa kau nyaris terjangkit razia, aggasi?” tanya pria itu tenang. Jess hanya mengangguk pelan.
“ Ne ahjussi, hampir saja aku terjangkit dan diboyong ke kantor polisi jika Taxi-mu tidak parkir ditempat yang tepat” jawab Jess ceria. Pria itu hanya tersenyum tipis.
“ Yah, beruntung taxi-ku ini parkir ditempat yang tepat, sehingga aku mendapat penumpang seorang gadis cantik” gurau pria itu dengan nada datar. Jess menatap sekeliling mobil itu.
“ Tapi ahjussi, berapa uang yang harus aku bayar karena menumpangi taxi-mu? Taxi-mu mewah sekali, pasti harganya mahal. Bisakah kau memberiku diskon? Aku pelajar dan pastinya tidak memiliki banyak uang” tawar Jess. Pria itu tidak menanggapinya dan terus berkonsentrasi pada jalanan.
“ Tentu, kau tidak perlu membayarnya aggasi, anggap saja aku menyelamatkanmu hari ini” ujarnya beberapa menit kemudian. Jess pun langsung tersenyum lebar.
“ Kamsahamnida ahjussi, tapi itu membuatku merasa tidak enak. Aku akan membayar argo taxi-mu” ucap Jess ceria. Iapun menyandarkan tubuhnya di jok mobil dan memandangi kota Seoul dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. Tak lama kemudian mobil itu tiba didepan Jaeshin apartment. Iapun melepaskan seatbelt-nya dan menatap pengemudi mobil yang masih menatap lurus kejendela didepannya. “ Berapa yang harus aku bayar?”
“ Berapapun yang kau punya” jawabnya datar. Jess pun merogoh saku rompinya dan menatap uang yang berhasil ia dapat.
“ Aku hanya memiliki 10.000 won” ujar Jess sambil memberikannya pada pria itu. Pria itu mengambil uang dari tangan Jess tanpa sedikitpun menatap gadis itu. “ Kamsahamnida ahjussi”. Jess menunduk memberi hormat lalu membuka pintu mobil itu.
“ Cakkaman” tahan pria itu sambil menggenggam pergelangan tangan Jess, mencegal gadis itu untuk turun. Jess pun menoleh kearahnya. “ Sebelum kau turun aku harus memberi tahumu sesuatu”. Pria itu melepas kacamatanya dan menatap Jess tajam. Sedetik kemudian wajah Jess berubah karena shock yang melandanya. Iapun menutup mulutnya.
“ Le..Lee Sung Min?” gumam Jess tak percaya. Pria itu melemparkan evil smirknya pada Jess. Ia menyenderkan tubuhnya kesenderan kursi mobilnya dan memainkan uang 10.000 won dari gadis itu didepan wajahnya.
“ Akan lebih baik jika kau memanggilku Sungmin” ujarnya dingin. Jess langsung menundukkan wajah berkali-kali untuk meminta maaf.
“ Joseonghamnida, aku tidak tahu kalau kau adalah…”
“ Untuk ukuran gadis sepertimu, mengenalku saja aku sudah bersyukur” potong Sungmin. Iapun menyalakan mesin mobilnya. “ Tugasku memberimu tumpangan sudah selesai kan? Kau bisa turun sekarang”
“ Joseonghamnida” ucap Jess lagi lalu turun dari mobil pria itu, masih dengan ekspresi shock.
“ Sepertinya aku harus membeli mobil baru, bagaimana mungkin mobil Jaguar keluaran terkini dikira mobil Taxi? Apa perkembangan mobil Taxi sekarang sangat pesat?” gumam Sungmin lalu memicu mobilnya meninggalkan Jess yang masih terpaku. Jess menyentuh keningnya dengan hati-hati.
“ Astaga, aku sudah gila, dia tampan sekali!” gumam Jess cukup keras.
***
Hwang Family’s House
02.00 PM
Kimjoon berjalan mengikuti pelayan wanita disampingnya. Sesekali ia tersenyum ketika pelayan wanita itu menatapnya. Sudah jelas, pelayan wanita itu terpana oleh pesona dan karisma pria tampan itu. Mereka berhenti didepan pintu belakang rumah besar itu, menatap gadis cantik yang tengah bermain dengan anjingnya.
“ Itu Tiffany aggasi, kau bisa menghampirinya segera” ujar pelayan wanita itu sambil menatap Kimjoon lekat-lekat, membuat pria itu sedikit risih.
“ Eung…bisakah kau menjelaskan padaku bagaimana nona Hwang itu? Aku perlu beberapa penjelasan untuk menjadi pengawalnya” pinta Kimjoon.
“ Baiklah, Tiffany aggasi itu…”
“ Biar aku yang menjelaskan padanya. Kau kembalilah ke pekerjaanmu, botol-botol arak itu menunggu untuk dibersihkan” ujar seorang nenek dengan nada dingin. Pelayan wanita itu mengangguk dan pergi meninggalkan Kimjoon dan si nenek. Nenek itu menatap Kimjoon lekat-lekat. “ Jadi kau penjaga baru aggasi?”
“ Ne, Kim Joon imnida. Dan…halmeoni?”. Nenek itu menatap Kimjoon tajam dan membunuh, membuat pria itu bergidik ngeri.
“ Halmeoni? Kapan aku menikah dengan kakekmu huh?” bentak nenek itu. “ Aku kepala pelayan disini, pengurus Stephannie aggasi sejak ia masih bayi, hanya dia yang boleh memanggilku halmeoni. Kau, sebagai pengawal aggasi dan bawahanku, panggil aku Minah-nim!”
“ Ne Minah-nim!” ujar Kimjoon tegas. Minah tersenyum tipis dan menatap Tiffany yang tengah duduk sambil menggendong anjingnya, Jackson.
“ Fany aggasi, dia bukanlah gadis yang mudah bersosialisasi, apalagi dengan orang baru. Akan memakan waktu lama untuk dekat dengannya, jadi kau harus sabar. Aggasi kehilangan ibunya diusia 8 tahun karena penyakit leukemia yang dideritanya, sejak saat itu, aggasi yang biasanya ramah dan hangat pada semua orang berubah. Ia cenderung sibuk dengan dunianya sendiri, pendiam, dan dingin pada semua orang. Fany aggasi hanya ingin berbicara padaku dan sering memanggilku eomma jika ia sedang sedih atau lelah dan….dia membenci ayahnya sendiri. Fany aggasi berasumsi bahwa tuan Hwang-lah penyebab utama kematian nyonya Hwang” cerita Minah panjang lebar. Kimjoon menatap Tiffany dengan tatapan sendu, merasa kasihan dengan gadis itu.
“ Tenanglah Minah-nim, aku akan menjaga dan mengembalikannya kembali seperti dulu” janji Kimjoon.
“ Jangan membuat janji yang kau sendiri tidak yakin dapat menepatinya” ujar Minah.Kimjoon tersenyum dan menggenggam tangan wanita tua itu.
“ Jangan khawatir, aku yakin akan menepatinya. Aku…datang kesini untuk memperbaiki semuanya”. Minah tersenyum dan menepuk-nepuk pundak Kimjoon.
“ Baiklah, pegang janjimu Kimjoon, aku tidak suka orang yang mengikari janji”
“ Ne Minah-nim!” seru Kimjoon sambil memberi hormat lalu tersenyum, membuat wanita itu tertawa pelan. Kimjoon pun membuka pintu belakang dan berjalan mendekati Tiffany, diapun duduk disamping gadis itu.
“ Siapa kau?” tanya Tiffany dingin tanpa sedikit pun melihat Kimjoon.
“Kimjoon imnida, aku adalah pengawal baru Tiffany aggasi” jawab Kimjoon ramah. “ Anjingmu keren sekali aggasi”. Tiffany hanya tersenyum dingin mendengarnya.
“ Basa-basimu sungguh kuno Kimjoon-ssi” ujar Tiffany sinis. Gadis itu bangkit dari kursi dan berjalan menuju kandang anjingnya disamping pintu belakang. Iapun kembali duduk dikursi itu.
“Kimjoon, lebih baik kau pergi saja, aku tidak membutuhkan pengawal atau semacamnya, aku bukan anak kecil lagi” usir Tiffany dengan nada datar. Kimjoon menopang dagunya dan menatap Tiffany lekat.
“ Bagaimana jika kau menjadi incaran pembunuh? Kau yakin tidak membutuhkan pengawal? Kau putri tunggal tuan Hwang yang terkenal, pasti banyak yang ingin menyingkirkanmu dan menjatuhkan ayahmu” ujar Kimjoon tenang. Tiffany mendengus kesal.
“ Si tua itu selalu saja menyusahkan orang lain, apa ia ingin membunuhku juga setelah berhasil membunuh ibuku?” kesal Tiffany sambil memalingkan wajah. Tanpa sadar air mata gadis itu mengalir, takut Kimjoon menyadari hal itu, ia langsung menghapusnya dengan kasar.
“ Kau tidak boleh begitu, bagaimanapun juga dia ayahmu” nasihat Kimjoon. Tiffany menatap Kimjoon dengan tatapan marah.
“ Kau tahu apa? Beraninya menasihatiku!” bentak Tiffany emosi. Kimjoon hanya tersenyum tipis dan menatap Tiffany lekat –lekat.
“ Mungkin aku tidak tahu apapun, tapi aku tahu perasaanmu. Ayahku selalu menentang semua yang aku lakukan, dimatanya aku hanya membuang waktu untuk pekerjaan tidak berguna. Aku marah padanya, aku benci padanya, tapi semua perasaan itu luntur dengan mudah jika mengingat semua kebaikannya dan…ingat bahwa ia ayahku. Tak mungkin kau tidak memiliki kenangan baik dengan ayahmu, lagipula kau harus menyayanginya, dia ayahmu, satu-satunya orangtua yang kau miliki saat ini” ujar Kimjoon lalu menatap langit. “ Ibumu pasti sedih melihat hubungan kalian yang tidak akur seperti ini”.
“ Belum ada 5 menit kau mengenalku, gayamu sudah seperti orang yang sangat mengerti aku. Perlu diingat bahwa kau hanya pengawalku Kimjoon-ssi, bukan temanku” cibir Tiffany.
“ Jadi teman-temanmu biasa menasihatimu?” Tanya Kimjoon. Tiffany menghela nafas dan menggeleng pelan.
“ Aku tidak punya teman. Si tua itu membatasi lingkup pergaulanku. Temanku satu-satunya hanya Jackson, anjingku” jawab Tiffany, gadis itu sudah mulai menghilangkan nada ketus dari semua kata-katanya. Kimjoon tersenyum dan memberanikan diri untuk menyentuh lengan Tiffany lalu mengelusnya.
“ Aku bersedia menjadi teman pertamamu yang berwujud manusia” ujar Kimjoon mantap. Tiffany hanya tertawa hambar mendengar kata-kata Kimjoon.
“ Manis sekali kau, Kimjoon-ssi. Sayangnya aku tidak terlalu bisa menerima orang baru dalam pergaulanku, jadi aku tidak bisa” balas Tiffany.
“ Baiklah, aku akan menunggu hingga kau mau menerimaku sebagai teman”. Tiffany menatap Kimjoon dan tersenyum tipis, sangat tipis.
“ Terserahlah. Aku kekamar dulu” ujar Tiffany lalu bangkit dari kursi. Sepanjang langkahnya, Tiffany tersenyum didalam hati. Apa ini perasaan jika kau akan memiliki teman? Aku bahkan tidak tahu bagaimana harus mengartikan perasaan ini. Senangkah? Sudah bertahun-tahun aku kehilangan perasaan itu hingga lupa bagaimana rasanya, tapi apakah secepat itu? Pada orang yang belum ada 30 menit kukenal? Tiffany Hwang, kau sudah gila, ujar Tiffany dalam hati.
***Minho’s Apartment
04.50 PM
“ Kau akan tinggal disini untuk sementara waktu Sooyeonie” ujar Minho lembut. Wanita berambut coklat yang kemarin ia temukan di gang gelap itu telah siuman pagi hari. Untuk memastikannya baik-baik saja, Minho pun meliburkan diri untuk menjaga gadis itu. Ia tidak dapat menahan ekspresi bahagianya setelah suster mengatakan bahwa gadis itu diperbolehkan pulang hari itu. Gadis cantik tanpa identitas yang hilang ingatan. Dia memanggilnya Sooyeon.
“ Ini…tempat tinggalmu?” tanya Sooyeon sambil mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru apartement Minho.Minho hanya mengangguk dan tersenyum.
“ Ne, kau tidak suka?” tanya Minho balik. Sooyeon menggelengkan kepalanya pelan.
“ Ani, tempat ini bagus, aku suka. Hanya saja…aku canggung” ungkap Sooyeon.
“ Hm? Kenapa canggung?” tanya Minho bingung. Sooyeon menggigit bibir bawahnya, semburat merah muncul dipipi mulusnya.
“ Tidak baik jika wanita dan pria tanpa status tinggal bersama. Dan…aku malu hanya tinggal berdua denganmu” jawab Sooyeon gugup. Minho kembali tersenyum dan mengacak-acak rambut Sooyeon.
“ Gwaenchana, aku memiliki yeodongsaeng yang turut tinggal disini, kau bisa bermain dengannya nanti”
“ Jinjha? Siapa namanya?”
“ Sunny, kelihatannya kalian seumur”. Sooyeon duduk disofa Minho dan menyentuh kepalanya sebentar. Merasa khawatir, Minho duduk disamping Sooyeon dan memengang bahu gadis itu.
“ Gwaenchana? Apa kepalamu terasa sakit?” Tanya Minho. Sooyeon menurunkan tangannya dan menggeleng.
“ Aku merasa seperti…asing. Seolah ada sesuatu yang aku lupakan, tapi apa?”. Minho memeluk gadis itu dan mengelus rambutnya.
“ Jangan paksakan dirimu, itu akan menyakitimu”
“ Whoaa, siapa wanita yang kau bawa itu oppa? Kau tidak menculik anak perempuan orang lain kan?” tanya Sunny, adik Minho yang baru pulang. Refleks mereka berdua melepaskan pelukannya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, mengalihkan perasaaan malu dan canggung. Sunny berjalan mendekati mereka dan tanpa ragu duduk diantara keduanya. “ Annyeong, Lee Sunny imnida. Apa kau yeojachingu oppaku?”.
“ Sooyeon imnida, aku…bukan yeojachingunya”. Sunny mengerutkan alisnya dan membalikan tubuhnya untuk menatap Minho, meminta penjelasan dari kakak lelakinya itu. “ Dia Sooyeon, gadis yang kutemukan disebuah jalan kecil didekat sungai Han. Dia…lupa ingatan dan tidak memiliki identitas. Aku berencana untuk mencari informasi selengkap-lengkapnya tentang dia agar Sooyeon cepat kembali pada keluarganya. Jadi untuk sementara Sooyeon akan tinggal bersama kita, kau tidak keberatan kan Sun?” jelas Minho. Sunny langsung mengangguk dengan semangat dan merangkul Sooyeon.
“ Akhirnya aku memiliki teman yang bisa menemaniku, oppa selalu sibuk dan meninggalkanku. Sooyeon-ah, mari kita berteman!” ajak Sunny. Gadis imut itu mengacungkan jari kelingkingnya kearah Sooyeon, mengajaknya melakukan jari kelingking.
“ Ne, Sunny” balas Sooyeon malu-malu. Sunny tersenyum lebar dan kembali menatap Minho.
“ Oppa, apa nanti kau akan pergi lagi?” tanya Sunny.
“ Hm, aku harus segera ke rumah sakit” jawab Minho. “ Mungkin nanti aku akan pulang larut jadi kau harus menemani Sooyeon, arra?”
“ Arraseo!” janji Sunny. Minho tersenyum dan bangkit dari kursinya, meregangkan otot-ototnya sejenak.
“ Aku harus ke Rumah Sakit sekarang. Annyeong saengie, Sooyeon” pamit Minho. Kedua gadis itu melambaikan tangannya dan memandangi kepergian Minho.
“ Sooyeon-ah, mau membantuku?” tanya Sunny. Sooyeon memiringkan kepalanya, bingung. “ Nanti malam aku harus pergi, tidak apa kan kutinggal sendirian? Dan…jangan katakan apapun pada oppa, aku akan pulang tepat waktu”
***
Naran High School’s Parking Area
05.30 PM
Sooyoung menendang setiap batu krikil yang menghalangi langkahnya dengan kesal. Wajahnya ditekuk seharian. Sejak tadi pagi, seluruh siswa memandangi Sooyoung dengan tatapan tak bersahabat. Bahkan tak sedikit siswi-siswi yang mencelanya ketika ia melewati mereka. Apalagi sahabatnya, Jess, tidak datang ke sekolah. Dan saat istirahat, ia dilabrak oleh segerombolan siswi yang ia yakini adalah penggemar Kim Sangbum. Hampir saja dia mematahkan leher siswi-siswi itu jika tidak dilerai murid laki-laki.
“ Apa bagusnya Kim Sangbum itu? Dia hanya pria dengan kekayaan yang berlebihan, tampan, bersuara indah, bertubuh tinggi semampai, bersenyum manis dan….hey, kenapa aku malah membicarakan kelebihannya? Sial, dia pria tanpa cela!” maki Sooyoung lalu menendang batu besar dihadapannya dengan kencang, melampiaskan kekesalannya.
Tiba-tiba 2 orang berpakaian formal mengapitnya dan menarik kedua tangannya, membuatnya terkejut setengah mati. Yang dia lakukan hanya menatap kedua pria itu shock, otaknya masih memproses tentang apa yang terjadi sebenarnya. Sayang ketika ia hampir mendapat kesimpulan, seseorang membekap mulut dan hidungnya dengan saputangan yang dilumuri cairan kimia. Tak sampai 3 detik, Sooyoung pun tak sadarkan diri.
***
Sooyoung menggeliatkan tubuhnya dan berlahan membuka matanya. Bola matanya nyaris melompat keluar karena terkejut melihat seseorang didepan wajahnya.
“ Annyeong nona Choi” sapa Kimbum sambil mengeluarkan evil smirknya. Setelah berhasil mengumpulkan segenap kesadarannya, Sooyoung menendang Kimbum yang berada diatas tubuhnya dengan sekuat tenaga, membuat pria itu terlempar begitu saja.
“ APA YANG KAU LAKUKAN, BRENGSEK?” teriak Sooyoung lalu mendudukan tubuhnya. Kyuhyun yang sudah terkapar dilantai kamarnya hanya bisa mengerang kesakitan dan bangkit berdiri.
“ Aish, apa aku harus menyuntikmu dengan obat peng-kaku saraf agar kau tidak melancarkan serangan mendadak padaku?” tanya Kimbum sambil memegangi punggungnya.
“ Siapa suruh tubuhmu berada diatas tubuhku, lalu apa maksud semua ini? Kau menculikku ya?” tuduh Sooyoung. Kimbum mulai naik keatas tempat tidurnya dan merangkak menghampiri Sooyoung yang langsung mundur kebelakang. Sayang ia tidak bisa mundur lebih jauh, sandaran ranjang Kimbum menghalanginya, membuat pria tampan itu tersenyum penuh kemenangan. “ K..kau mau ap..a?” tanya Sooyoung gugup setelah wajah Kimbum hanya berjarak 10 cm dari wajahnya. Kimbum pun menarik tubuh gadis itu dan mendorongnya kearah cermin besar didalam kamarnya. Sooyoung menatap pantulan dirinya bingung.
“ Lihat betapa hebatnya uang, dapat mengubah seorang gadis miskin menjadi seperti anak konglomerat” ujar Kimbum sombong. Ia duduk diatas meja kayunya dan memandangi Sooyoung yang masih sibuk melihat pantulan dirinya di cermin. “ Sepatumu 35 juta won, gaunmu 53 juta won, aksesorismu 173 juta won, dan biaya salon untuk mempercantik dirimu 329 juta won. Jika ditotal semuanya menjadi 590 juta won untuk memperbaiki penampilanmu. Semua terlihat bagus”. Sooyoung berbalik dan menatap Kimbum tajam, seolah siap memangsa pria itu hidup-hidup. Tiba-tiba pintu kamar Kimbum terbuka, membuat keduanya menoleh.
“ Astaga, tuan muda, ternyata benar yang dikatakan para pelayan. Kenapa tuan muda menculik nona Choi? Jika tuan dan nyonya tahu, mereka pasti akan marah besar” ujar tuan Cho, kepala pelayan keluarga Kim,panik. Pria paruh baya itu membungkukan badannya kearah Sooyoung. “ Joseonghamnida aggasi, tuan muda memang suka bertindak seenaknya, atas nama keluarga Kim aku minta maaf yang sebesar-besarnya”
“ Yak, tuan Cho, untuk apa meminta maaf padanya? Seolah yeoja ini rekan bisnis appa dan eomma saja” omel Kimbum.
“ Mungkin bukan nona Choi, tapi ayah nona Choi adalah teman sekaligus rekan bisnis terbaik tuan Kim. Aigoo, jika tuan dan nyonya tahu, aku bisa digantung bersama lampu-lampu dilangit rumah” seru tuan Cho dramatis. Kimbum langsung menatap Sooyoung kaget. Gadis itu membalas tatapan Kimbum dengan senyum sinis.
“ Siapa yang miskin, Kim Sangbum? Aku? Kurasa kita berada dalam keluarga dengan frekuensi kekayaan yang sama” ujar gadis itu dingin sambil menikmati wajah shock Kimbum.
***
MosQuet Night Club, Seoul
22.00 PM
Bryan memasuki MosQuet, klub malam termegah di Seoul. Beberapa wanita memandanginya melangkah mantap ditempat yang sudah dikuasainya itu. Sesekali ia melemparkan senyum mautnya pada beberapa wanita yang memenuhi ‘standard’nya. Ia pun duduk didepan meja bar dan memesan wine. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru MosQuet sampai kedua matanya terpaku pada sesosok gadis disampingnya.
“ Sunny?” panggil Bryan ragu-ragu. Gadis itu menoleh kearahnya dan menatap Bryan terkejut.
“Bryan oppa?” gumam Sunny. Bryan tertawa pelan dan mengacak-acak rambut gadis imut itu.
“ Aku tak percaya kalau kau ada ditempat seperti ini, bagaimana bisa?” tanya Bryan ceria. Sunny langsung menatapnya horror.
“ Tentu saja bisa, aku bukan anak kecil lagi, aku sudah menjadi mahasiswi sekarang” jawab Sunny ketus.
“ Mianhae, aku lupa soal itu, wajahmu terlalu imut untuk seorang mahasiswi. Memangnya Minho mengizinkanmu kemari? Aku sangsi soal itu. Jangan bilang kau melarikan diri kemari” introgasi Bryan. Sunny pun melemparkan senyumnya pada Sungmin.
“ Kemampuanmu menebak dengan baik tak pernah berubah, oppa” ujar Sunny. Ia mengambil minuman Bryan yang baru diantarkan oleh bartender dan menenggaknya seketika, membuat Bryan terkejut setengah mati.
“ Yak, Lee Soonkyu, kenapa kau meminum wine-ku? Itu bisa membuatmu mabuk!” omel Bryan sambil merebut gelas wine itu dari tangan Sunny. Gadis itu tertawa pelan dan merangkulnya.
“ Aku tak akan mabuk hanya karena setenggak wine. Dan jangan panggil aku Soonkyu, namaku adalah Sunny, oppa!” balas Sunny. “ Boleh aku minta wine itu lagi?”
“ Ani, tak akan kuberikan. Lihat, kau sudah melantur seperti ini. Lebih baik kita pulang, aku nyang antar” ajak Bryan sambil menarik tangan Sunny, namun gadis itu menepis tangan Bryan.
“ Shireo, aku sudah bersusah payah kesini, setidaknya biarkan aku menikmati malam ini disini, satu jam saja. Please?” bujuk Sunny sambil menunjukan aegyonya. Bryan pun mengalah, ia kembali duduk dikursinya.
“ Baik, segelas saja, setelah itu kita pulang, arra?”
“ Hm, arraseo”
***
Bryan membopong tubuh Sunny menuju mobilnya. Sepanjang perjalanan dia hanya bisa menggerutu dalam hatinya, merutuki kebodohannya yang mengizinkan gadis itu untuk berada sedikit lebih lama didalam klub malam itu. Sunny langsung mabuk dan pingsan karena menenggak 2 gelas wine yang tak pernah diminumnya selama ini.
“ Kau berhasil membuatku kerepotan nona Lee” ujarnya sambil terus membopong tubuh Sunny. Dengan susah payah, ia membuka pintu mobilnya dan menurunkan Sunny dikursi penumpang lalu menutup pintunya. Ia pun mengambil ponsel didalam saku celanannya dan menelpon Minho.
“ Yoboseo?” ujar suara seberang.
“ Minho-ya, apa kau ada di rumah sekarang?” tanya Bryan tanpa bas-basi.
“ Ne,ada apa?” tanya Minho balik. Bryan pun menghela nafas sejenak.
“ Yeodongsaengmu mabuk karena meminum 2 gelas wine, aku akan mengantarkannya ke rumahmu sekarang” jawab Bryan tenang.
“ MWO???”
***
Incheon Airport
04.25 AM
Hyunjoong melangkahkan kakinya menyusuri bandara Incheon sambil menarik kopernya turut serta. Pria itu berjalan dengan malas menuju parkiran mobil. Baru saja ia berada 3 jam di Amerika untuk bertemu dengan keluarganya, Rumah Sakit menelponnya dan memintanya untuk segera pulang. Matanya dikelilingi lingkaran hitam karena kurang tidur. Rumah Sakit sedang kebingungan menghadapi pasien baru yang….mengalami depresi berat mungkin?
Gadis itu tidak suka didekati dan disentuh, jika ada yang berani melakukannya, ia akan berteriak-teriak histeris. Begitu Rumah Sakit menghubunginya, ia langsung membeli banyak obat bius dari apotik di Rumah Sakit ternama Amerika dan tidak lupa membawa oleh-oleh yang sudah ia janjikan pada Minho, obat pengembali ingatan. Ia menyetop sebuah mobil taksi untuk menghantarkannya menuju Rumah Sakit segera. Hyunjoong yakin bahwa semua staff membutuhkannya saat ini, ia juga merasa kasihan pada gadis itu. Hatinya bersikeras agar dia cepat membantu gadis itu.
“ Hyunjoong-ssi, syukurlah kau sudah tiba, kami benar-benar kehabisan akal menghadapi nona itu” ujar seorang perawat sambil menunjuk ke pintu kamar rawat. Hyunjoong mengerutkan alisnya.
“ Apa nona itu pasien baru? Ada apa dengannya?” tanya Hyunjoong serius. Perawat itu menghela nafas sebentar sebelum memulai ceritanya.
“ Gadis itu…memiliki pengalaman cinta yang menyedihkan. Kekasihnya meninggalkannya untuk bersama wanita lain dan itu membuatnya depresi. Emosinya benar-benar labil” cerita perawat itu. Hyunjoong hanya bisa menggeleng kepala mendengarnya.
“ Kenapa semua gadis begitu bodoh? Tetap mencintai pria yang sudah menyakiti mereka berkali-kali, tidak berusaha melihat orang lain yang mungkin mencintai mereka” gumam Hyunjoong. Perawat itu mendelik kearah Hyunjoong.
“ Hyunjoong-ssi, tidak semua gadis bodoh, aku salah satunya. Wanita itu…mungkin salah satu gadis yang belum beruntung karena belum menemukan cinta sejatinya” bantah perawat itu. Hyunjoong tersenyum miris, merasa tidak enak dengan perawat itu.
“ Joseonghaeyo, aku tidak bermaksud begitu. Err…aku bisa masuk kedalam sekarang? mungkin aku bisa menendekatinya perlahan?” ujar Hyunjoong. Ia tersenyum sesaat lalu berjalan kearah pintu itu dan mengetuknya. Hyunjoong memberanikan diri membuka pintu itu, tampak seorang gadis berambut panjang dengan kemeja putih kebesaran yang sudah kusut tengah duduk sambil memeluk kakinya, membelakangi Hyunjoong.
“ Joseonghamnida, apa aku boleh masuk?” tanya Hyunjoong sopan.
“ J..jangan men..dekat” ujar gadis itu parau. Hyunjoong pun masuk kedalam ruangan itu pelan-pelan dan menutup pintu. Ia berjalan menghampiri gadis itu. “ JANGAN MENDEKAT!”.
“ Eung…joseonghaeyo, aku hanya…ingin berbincang-bincang, boleh?” tanya Hyunjoong yang terlihat shock karena teriakan gadis itu. Gadis itu terisak-isak sedikit, membuat Hyunjoong merasa tidak enak dan memutuskan untuk menjaga jarak dengan gadis itu.
“ Kau pria kan? Aku benci kalian, hanya bisa mempermainkan wanita!. Apa tidak cukup dengan satu wanita dalam hidup kalian? Apa kalian tidak bisa berkata apapun? Kami bukan peramal, bagaimana cara kami tahu bahwa kalian merasa kurang dengan kami hah? Kalian egois, tak pernah memikirkan perasaan wanita!” marah gadis itu. Alis mata Hyunjoong saling bertaut, bingung dengan semua yang dikatakan gadis itu.
“ Kurasa itu bukan salah kami, kaulah yang tidak pintar memilih pria. Jika memilih pria dengan baik, tentu tak akan terjadi hal seperti ini kan?” balas Hyunjoong dingin.
“ Pokoknya aku benci laki-laki!. Pergi dari sini, aku tak membutuhkanmu!” usir gadis itu.
“ Kau mengusirku nona? Kau lupa, aku punya hak penuh dalam ruangan ini” balas Hyunjoong. Bahu gadis itu naik turun, tanda ia tengah menahan emosi. Ia pun membalikkan badan, menatap Kibum dengan tajam. Sesaat kemudian pandangan marahnya berubah menjadi kaget.
“ Hyunjoong?” gumamnya lirih. Hyunjoong pun menghampiri gadis itu dengan langkah gontai, matanya pun berkaca-kaca begitu menyadari siapa gadis itu. Ia berlutut didepan gadis itu dan membiarkan jemarinya menyusuri wajah cantik gadis dihadapannya.
“ Yuri.Yuri pun langsung memeluk tubuh Hyunjoong dan menangis dibahu pria tampan itu.
“ Kau kemana selama ini? Aku mencarimu” tanya Yuri sambil terisak. Hyunjoong hanya diam, ia bahkan tidak merespon pelukan gadis itu. Wajahnya mengadah keatas agar air matanya tidak mengalir jatuh dari kedua matanya, tapi tidak bisa. Hyunjoong tidak dapat mengendalikan perasaan bahagia, sedih, dan terpukulnya terhadap Yuri.
“ Maaf….” Ucap Hyunjoong parau. Keduanya menangis satu sama lain. Tentu saja, memori itu berputar seperti film panjang diotak mereka. Pengalaman yang membuat keduanya sama sekali menderita.
Yuri dan Hyunjoong duduk berhadapan disebuah meja disudut café yang biasa mereka datangi. Keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Sesekali Hyunjoong menatap gadis dihadapannya yang tengah memandang keluar jendela. Tangan kanannya mengepal karena ingin mengalihkan rasa gugupnya. Peluh pun mulai membasahi keningnya.
“ Yuri?” panggil Hyunjoong tak yakin. Yuri menoleh dan menatap Hyunjoong. Senyum manis menghiasi wajah gadis itu.
“ Ne, waeyo?” tanya Yuri penasaran. Hyunjoong menutup matanya dan menarik nafas sejenak untuk membuatnya sedikit rileks. Ia pun kembali menatap Yuri.
“ Aku…ingin minta maaf” ujar Hyunjoong yang berhasil membuat Yuri bingung.
“ Eo? Minta maaf untuk apa?” tanya Yuri lagi. Hyunjoong menarik nafas sekali lagi namun kali ini ia tidak sanggup menatap Yuri, ia memilih untuk mengalihkan pandangannya keluar jendela.
“ Tidak apa-apa. Yuri…jika suatu saat aku pergi, kuharap kau tidak menangis atau semacamnya, aku tak akan lama. Jangan cari aku, biarkan aku yang mencarimu atau…takdir menemukan kita kembali”. Yuri menatap Hyunjoong bingung. Kedua alis matanya bertaut karena tak mampu menganalisa kata-kata pria itu.
“ Sebenarnya kau ini bicara apa sih?”. Hyunjoong menatap Yuri dan tersenyum, senyum yang dipaksakan. Ia meletakan tangan kanannya yang sudah melemas karena mengepal terlalu lama itu dipuncak kepala Yuri dan mengelusnya.
“ Ani, tidak apa-apa. Aku….sayang padamu Yoon” ungkap Hyungjoong.Yuri langsung tersenyum lebar. Ia mengambil tangan Hyunjoong yang tengah mengelus kepalanya dan menggenggam tangan pria itu.
“ Arraseo. Aku juga sayang padamu” balas Yoona tanpa beban lalu tertawa pelan.
***
Boulevart Kasino, Las Vegaz
00.10 (Las Vegaz’s time)
Gellbert berjalan memasuki gedung megah di Las Vegaz. Boulevart, kasino terbesa dan termegah ditempat itu. Gellbert tak berhenti menebar senyum tipisnya kepada setiap wanita yang melihatnya, menambah kesan maskulin pada pria tampan itu. Banyak sekali wanita bule yang menatapnya takjub. Tentu saja, kehadiran pria Asia membawa kesenangan tersendiri bagi mereka. Ia menjatuhkan tubuhnya disebuah kursi putih. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kasino, berusaha menangkap sosok Jung Noha, orang yang menjadi alasan kedatangannya ke Amerika.
Tanpa sengaja mata Gellbert terpaku pada sosok wanita yang duduk disebelahnya. Fantastis, itu kesan yang terlintas dibenak Gellbert ketika melihat wanita cantik berambut coklat dengan gaun merah-silver 15 cm diatas lutut yang membalut tubuhnya dengan indah.
“ Apa yang menarik yang dapat dilakukan di tempat ini? Tempat tak berguna!” rutuk gadis itu dan membuat Gellbert terpana.
“ Kau bisa bahasa Korea?” tanya Gellbert tak percaya, membuat gadis itu menatapnya.
“ Eo? Apa kau juga orang Korea?” tanya gadis itu balik. Gellbert menyunggingkan senyum tipis lalu menyodorkan tangannya kearah gadis itu.
“ Lee Eun Sup imnida,panggil saja Gellbert” ujarnya sambil tersenyum ramah. Gadis it menyambut uluran tangan Gellbert dan membalas senyumnya.
“ Kim Hyoyeon imnida” ujar Hyoyeon.
“ Excuse me, do you want some tea?” tawar pelayan wanita. Gellbert dan Hyoyeon mengangguk singkat dan mengambil segelas teh dari nampan yang dibawa wanita itu. Pelayan wanita itu tersenyum lalu berlalu.
“ Cheers?” ajak Gellbert. Hyoyeon hanya tersenyum lalu mereka menempelkan gelas kaca mereka, membuat suara dentingan yang indah. Hyoyeon dan Gellbert meminum teh itu. Sedetik kemudian mata keduanya terpejam, merasakan rasa tajam yang menyerang tubuh mereka. Sepertinya itu bukanlah teh biasa, ada unsur-unsur didalamnya yang membuat rasa menjadi tajam dan keras. Apa mereka mencampurkan wine atau vodka? Entahlah, Hyoyeon dan Gellbert pun tak peduli soal itu.
“ Jadi, kenapa kau datang kemari? Tak mungkin kau datang tanpa tujuan kan nona Kim?” tanya Gellbert mengawali obrolan.
“ Aku….ada sesuatu yang membuatku datang kesini. Berusaha untuk menyelamatkan dunia dari masa depan yang menyedihkan akibat narkoba. Kalau kau?”
“ Hm? Maksudmu, kau ingin mengambil semua narkoba yang mungkin dipakai para penjudi itu?”
“ Tidak juga, jika aku mampu…aku harap dapat melakukan yang lebih ekstrim dari itu”
“ Wah, hebat sekali niatmu nona Kim. Kalau aku, berusaha untuk mengungkap sesuatu yang penting”
“ Jadi kau adalah detektif, tuan Lee?”
“ Tidak juga, tapi sejenis itu juga. Mau cheers lagi?”. Hyoyeon menganggukkan kepala dan kembali mendentingkan gelasnya dengan gelas Gellbert. Keduanya kembali meminum teh itu. Tak lama kemudian rasa pusing dan mabuk menyerang mereka. Gellbert hanya tertawa pelan sambil menatap Hyoyeon, berusaha untuk terlihat tidak mabuk. Ia pun menyentuh pipi Hyoyeon dengan jemarinya. “ Kau tahu sesuatu nona Kim? Kaulah wanita tercantik yang pernah kutemui selama aku bernapas”. Hyoyeon langsung tertawa mendengarnya.
“ Kau mabuk tuan Lee” ujar Hyoyeon sambil memukul bahu Gellbert pelan. Gellbert menggenggam tangan Hyoyeon yang baru saja memukul bahunya dan menatap gadis itu lekat.
“ Aku serius nona Kim. Aku…”. Gellbert memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya ke wajah Hyoyeon, membuat gadis cantik itu terpaku. Berlahan Gellbert memiringkan kepalanya dan…menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu lalu melumatkannya pelan. Gellbert pun tersenyum dalam hati ketika Hyoyeon membalas ciumannya. Hal itu berubah menjadi panas ketika mereka semakin napsu melumatkan satu sama lain. Gellbert pun melepaskan ciuman itu tiba-tiba, membuat Hyoyeon menatapnya bingung.
“ Mau melanjutkannya ditempat lain?” tanya Gellbert. Ia tersenyum cool lalu menarik tangan Hyoyeon untuk keluar dari tempat itu. Mereka berjalan menuju Delavest Hotel. “ Aku pesan kamar VIP untuk kami”
Kirin Art High School
Aiishhh….. bagaimana ini pasti aku terlambat”gerutu Yoona sambil berlari kearah pintu gerbang sekolahnya.
Yoona memandangi pagar tinggi yang telah tertutup rapat, ia memegang batang besi yang kecil. Hingga ada seseorang berdiri disampingnya. Yoona melihat seseorang ini dari bawah sampai atas. Yoona yang terperanga dengan sosok orang yang berdiri disampingnya tak percaya. Yoona menelan ludahnya, hingga salah seorang songsaengnim memanggil mereka berdua.
“YA..kalian berdua cepat masuk dan ikuti aku”ujar Songsaengnim.
Mereka bertiga tiba dilapangan utama sekolah. Ewards dan Yoona saling melihat satu sama lain.
“Mianhae songsaengnim”ujar Yoona dan Edwards berbarengan.
Tiba-tiba mereka langsung terdiam, Edwards langsung memegang lehernya dan mendesah gugup sedangkan Yoona memalingkan wajahnya.
“Sebagai hukumannya kalian lari keliling kelapangan ini sebanyak 5 kali”ujar Songsaengnim.
“Nae??”ujar Yoona dan Edwars kaget secara bebarengan lagi.
Mau tidak mau Yoona dan Edwards menjalankan hukuman mereka. Mereka berlari mengelilingi lapangan. Edwards berlari didepan Yoona, Yoona yang baru berlalri beberapa meter saja sudah kecapean. Yoona yang melihat Edwards heran, ia berfikir kalau ia seperti pernah melihat sosok yang berlari didepannya.Edwards memperlambat larinya agar dapat sejajar dengan Yoona.
“Ini kedua kalinya kita seperti ini”ujar Edwards pada Yoona.
“Nae??”respon Yoona bingung dengan perkataan Edwards.
“Ah…sepertinya kau lupa, sudahlah lupakan. Jika kau ingin mengingatnya akan kubantu”ujar Edwars lagi sambil berlari mendahului Yoona.
Yoona memiringkan sedikit kepalanya, masih bingung dengan apa yang Edwards katakan.
Setelah selesai dari hukuman mereka Yoona dan Edwards masuk kekelas masing-masing. Edwards melirik Yoona yang masuk kekelasnya terlebih dahulu, lalu Edwards masuk kekelas didepannya.
“Huh…kenapa Kyung Ah selalu membuatku susah setiap hari sih? Harusnya dia bisa beli ini sendiri”gerutu yoona sambil membawa 2 tas plastik yang berisikan bahan-bahan makanan.
Edwards yang mengikuti Yoona dari sekolah, hanya tersenyum mendengar gerutuan Yoona.
“Ahh…kenapa jalan ini selalu sepi dijam ini”gerutu Yoona lagi yang membuat Edwards menahan tawanya.
Tiba-tiba ada dua orang namja, yang mengikuti Yoona dari belakanganya. Edwards yang melihat itu menjadi curiga. Yoona yang merasa ada yang mengikuti dirinya mempercepat langkahnya. Yoona mulai berlalri kecil, Edwards-pun mulai mengayuh sepedanya kembali. Selagi Yoona berlari, ia terjatuh dan mulai terpojok dengan kedua namja berandal itu. Yoona memegangi kakinya yang sakit. Dua namja berandal itu mendekati Yoona, Yoona ketakutan ia tak bisa berbuat apa-apa dan meminta bantuan pada siapapun. Airmatanya mulai membasahi wajahnya.
Yoona sedikit berontak, dari cengkraman tangan salah satu namja berandal itu. Edwards yang geram melihatnya, langsung membating sepeda dan langsung melayangkan tinjunya. Edwards yang memang didasari bela dari yang cukup, menghantam dua berandal itu tanpa mengizinkan kedua berandal itu melukai wajahnya yang tampan itu.
Taklama setelah itu, kedua berandal itu lenyap dari hadapan Edwards.Edwards menghampiri Yoona dan menghapus airmatanya. Edwards membantu Yoona berdiri, dan membawanya ke klinik terdekat untuk mengobati kaki Yoona yang sepertinya terkilir.
“Namamu siapa?”tanya Yoona yang sambil menahan sakit akibat sentuhan tangan dokter pada kakinya yang terkilir.
“Han Yong Joon,panggil saja Edwards”ujar Edwards.
“Ah…aku Lim Yoon Ah. Jeongmal gomawo telah membantuku”ujar Yoona.
“Arayo. Gwenchana”ujar Edwards dingin.
“Kau tau namaku?”tanya Yoona.
“Ne…dulu kita pernah sekelas. Mungkin kau tidak mengingatnya”jawab Edwards sambil tersenyum kearah Yoona.
Yoona hanya menggembungkan kedua pipinya.
Setelah kaki Yoona diperban, Edwars membantu Yoona turun dari ranjang pemeriksaan. Yoona yang beridirinya belum seimbang hampir terjatuh, dan Edwards langsung segera memegang tubuh Yoona.
Deg! Yoona melihat wajah Edwards, jantung Yoona berdebar cepat. Yoona segera mengembalikan dirinya berdiri kembali. Edwards membantu Yoona berjalan.
“Naiklah”ujar Edwards sambil duduk disepedanya.
“Ah…tidak usah, aku bisa pulang sendiri”tolak Yoona.
“Sudah ayo cepat naik, aku antar kau sampai rumahmu”ujar Edwards lagi.
“Ah…baiklah. Gomawo”ujar Yoona yang akhirnya memijakan kakinya di batangan sepeda Edwards.
Yoona memegang pundak Edwards.Edwards mulai mengayuh pedal sepedanya, Yoona yang tak betul-betul pegangan Edwards, hampir terjatuh.
“Pegang pinggaku saja, jika kau tidak ingin jatuh”ujar Edwards.
Yoona berfikir sejenak untuk mengikuti apa kata Edwards. Dengan ragu Yoona mulai memegang pinggang Edwards, senyum mengembang dibibir Yoona. Edwards yang merasa ada tangan dipingganya melihatnya sejenak dan kembali fokus kejalan sambil tersenyum sumringah.
Jantung keduanya tak henti berdetak cepat. Yoona menikmati semilir angin yang seakan-akan membawanya pergi terbang keawan. Desiran darang yang mengalir ditubuhnya terasa begitu jelas. Tak terasa, mereka sudah sampai didepan rumah Yoona. Edwards menekan rem, agar sepedany berhenti tepat didepan rumah Yoona.
Dengan heran Yoona, turun dari sepeda Edwards. Yoona memandangi wajah Edwards dengan penuh tanya.
“Dari mana kau tau rumahku?”tanya Yoona.
Perkampungan Myeong Dong
FF
03.56 |
Author POV
Seorang yeoja turun di sebuah terminal di perkampungan kecil. Perjalanan dari kota megah Seoul ke pemukiman kumuh yang penuh dengan sawah dan sungai ni memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Dia meregangkan badannya dan duduk di kursi halte lalu mengecek kuteks yang menghiasi kuku indahnya.
“oh shit. Aku lupa bawa peralatan meni pedi!”, gerutunya saat dilihatnya kuku cantik itu sudah ternoda. Liburan musim panas kali ini, Victoria-nama yeoja itu- menghabiskan liburannya di pemukiman tempat halmeoninya tinggal.
-Flashback-
“mworago?!”, Victoria terkejut mendengar suruhan appa dan eommanya yang menyuruhnya ke rumah halmeoni untuk menjaga halmeoninya yang sedang sakit-sakitan karena factor usia.
“ayolah vic. Lagian sekarang kau sedang liburan kan sayang? Halmeoni juga pasti senang melihatmu datang menjaganya”, bujuk eommanya sambil mengelus tangan vic.
“shireo! Eomma dan appa saja yang kesana! Kenapa mesti aku?”, vic membalikkan badannya membelakangi kedua orang tuanya. Vic ingin melewati liburannya dengan hang out bersama teman-teman kotanya, shopping, dan mencari namja tampan.
“no more denials! Pergi ke kamarmu dan kemas barang-barang yang mau kau bawa ke desa! Sekali-kali kau harus tau hidup ini apa. Jangan suka memandang materi! Nanti siang appa akan mengantarmu!”, vic menangis sedikit, lalu berlari kekamarnya sambil mngepak barang-barangnya dengan kesal.
-Flashback end-
“dimana sih? Katanya nanti ada seorang namja kampung yang menjemputku. Tapi ini sudah telat 15 menit! Dasar orang kampung, nggak on time!”, vic memaki-maki sendiri. Dia sudah sangat kesal karena dibuat menunggu pada hari yang panas ini. Tiba-tiba seorang namja berperawakan tinggi dan bertubuh jangkung menghampirinya.
“aku sudah menunggumu lebih dari setengah jam NONA KOTA. Busmu saja yang datangnya telat”, ucap namja itu sambil mengambil koper vic lalu berjalan mendahului vic.
Victoria POV
“aku sudah menunggumu lebih dari setengah jam NONA KOTA. Busmu saja yang datangnya telat”, namja itu lalu mengambil koperku dan berjalan mendahuluiku. Apa-apaan ini? Katanya yang menjemputku adalah seorang namja yang berkerja di rumah halmeoni? Tapi ini, wajahnya sangat tampaan!! Jauh dari bayangan orang kampung dibenakku. Aku masih terbengong-bengong melihatnya berjalan. Kini ia sudah jauh di depanku. Menyadari aku yang tak kunjung menyusul, dia berhenti lalu berbalik.
“ya! Apa kau mau terus-terusan disitu, nona?”, ucapnya sadis. Aku lalu cepat-cepat bangkit dan berlari menyusulnya. Tiba-tiba.. TAK!
“aduuh”, aku terjatuh di depannya. Kulihat sepatuku, ternyata haknya copot! “hah, copot?! Ya ampuun, ini kan baru kubeli kemarin, limited edition, lagi. Oh god, please help me!”, aku mengetuk-ngetuk sepatuku di aspal kesal.
“dasar centil. Sudah tau mau ke desa, masih saja kau memakai sepatu mentelmu itu? Hah. Wanita kota memang gila dandan, wajahnya sudah penuh dengan obat-obatan”, si namja kampung itu berdiri sambil mengangkut tasku di pundaknya. Apa? Apa dia tidak berniat menolongku? Dia lalu berjalan mendahuluiku. “cepat jalan, atau kau kutinggalkan”, ucapnya singkat. Akhirnya aku mengikutinya sambil berlari kecil karena kakiku kepanasan menginjak aspal. Aish, dasar orang kampung, tidak tau attitude.
***
“kyaaa.. Victoria cucuku! Sudah besar kamu nak? Ayo masuk masuk, halmeoni sudah menyiapkan makanan kesukaanmu waktu kecil”, ujar halmeoni. Kutatap badannya, huh masih sehat-sehat saja tuh. Katanya sakit? Tapi dia masih bisa bercocok tanam. Tiba-tiba rasa perih menghantui kakiku yang sudah kemerahan dan lecet.
“eung.. halmeoni, kakiku lecet”, ucapku sopan. Halmeoni melihat sekilas pada kakiku, tapi tiba-tiba si namja kampung yang baru kutau bernama kyuhyun itu menarikku dan mendudukkanku di atas sebuah bangku.
“ya! Apa-apaan kau?”, dia melirikku sekilas lalu pergi. What the? Aish, aku memijit-mijit kakiku yang memerah dan terasa panas. Tiba-tiba kyuhyun kembali sambil membawa air dan handuk. Ia lalu berjongkok di hadapanku dan mengangkat kakiku. Di lapnya kakiku dengan lembut. Hmm.. ternyata dia lumayan gentle.
“auw!!”, aku meringis ketika dia menyapu darah di bagian kakiku yang lecet. Rasanya perih. Dia melihatku tajam, lalu kembali menekuni kakiku. “cih, dasar cewek modis”, ucapnya.
“what?! Itu memang sakit, pabo!”, aku memarahinya, tapi dia tidak menghiraukanku.
“kalau hanya karena begini saja kau sakit, bagaimana besok kau mau membantuku dan halmeonimu mengurus peternakan dan perkebunan?”, kyuhyun membersihkan sisa air dilantai lalu pergi meninggalkanku. Mwo? Bukannya appa bilang aku hanya mengurus halmeoni?
“halmeoni, apa maksud kyuhyun? Kenapa besok aku mengurus perkebunan dan peternakan?”, tanyaku pada halmeoni yang sibuk mengurus makanan di dapur. Halmeoni melihatku lalu tersenyum.
“appa tidak memberitahumu? Kau kan kesini karena mau membantu halmeoni mengurus peternakan dan perkebunan. Ayo sini makan dulu”, WHAT?!!!
***
Author POV
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi vic belum juga terlelap. Dia sibuk keluar rumah dan mengangkat ponselnya tinggi-tinggi.
“aish, kenapa sinyalnya susah sekali sih?”, dia berloncat-loncat mencari sinyal. Tiba-tiba kyuhyun yang tak sengaja lewat melihatnya dengan tatapan aneh. Kyuhyun lalu mendekat ke arah vic yang masih sibuk berloncat-loncat.
“ya!”, tegur kyu. Vic yang terkejut menjatuhkan ponselnya. “aish, pabo!”, kyu mengutip ponsel vic yang sudah terbuka cassingnya.
“kau, kau mengejutkanku! Aish, sini mana ponselku. Kenapa sulit sekali mencari sinyal disini”, ujar vic kesal sambil merebut ponselnya dari tangan kyu. Kyu menatapnya aneh lalu mendengus.
“dasar. Apa yang ada dipikiranmu Cuma dandan, belanja, dan namja? Ini di gunung, nona. Mana ada sinyal? Kalai kau mau menelepon, kau harus turun ke kota!”, kyu lalu berbalik meninggalkan vic yang terpaku, gagal rencananya menelepon appa dan eomma meminta jemputan. “ah iya, besok kita akan ke peternakan sapi menmerah susu. Jaljayo”, kyu lalu melanjutkan perjalanannya. Vic melongo.
***
Victoria POV
“huwaa!!”, aku berlari saat melihat sapi-sapi itu menyiulkan moo. Ya ampun, banyak sekali lalat, dan bau ini. Iyeuh, bau tokai!
“hahahaaha!! Kau harus belajar jorok-jorokan, nona. Cepat selesaikan ini. Sebentar lagi kita harus memanen di perkebunan”, kyu menarik tanganku dan memaksaku memerah susu sapi. Dengan jijik aku memerah, lumayan seru juga. Tiba-tiba aku memerah terlalu keras, sampai akhirnya si sapi mengamuk.
“huwaa!! Kyu kyu, lihatt!!”, refleks aku memeluk kyu. Kyu hanya terpaku, sedangkan aku menjerit tak karuan melihat sapi mengamuk.
“kyu?”, aku memanggilnya. Aneh, dia terdiam. Tiba-tiba kuperhatikan pergelangan tanganku yang masih merangkulnya. Cepat-cepat kulepas pelukanku.
“ehem, yasudah, sekarang kita ke perkebunan”, kyu mendahuluiku. Kyaaa, paboya!! Ku ketuk-ketuk kepalaku sendiri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar